Search

Harga Batu Bara Melemah 7 Hari Beruntun, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara mengalami nasib yang kurang baik pada pekan lalu. Pasalnya dalam sepekan, harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman Mei amblas hingga 2,38% secara point-to-point.

Pada perdagangan Jumat (17/5/2019), harga batu bara Newcastle ditutup melemah 0,06% di level US$ 84,1/metrik ton. Bahkan sudah tujuh hari beruntun, harga batu bara ditutup melemah.

Sama halnya dengan harga batu bara Zhengzhou kontrak pengiriman September yang amblas hingga ke level CNY 597,4/metrik ton yang merupakan posisi terendah lebih dari tiga minggu.

Berdasarkan catatan Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China, permintaan batu bara di pelabuhan-pelabuhan masih sangat rendah. Hal itu menyebabkan terjadinya tumpukan pasokan batu bara yang membebani harga.

Hal itu terkait dengan aktivitas ekonomi Negeri Tirai Bambu yang juga lesu.

Pekan lalu, angka pertumbuhan penjualan mobil di China periode April terkontraksi sebesar 14,6% secara year-on-year (YoY). Bahkan juga jauh lebih dalam dibanding kontraksi pada bulan Maret yang sebesar 5,2% YoY.

Sama dengan angka pertumbuhan penjualan barang-barang ritel di China periode April yang hanya mampu tumbuh 7,2% YoY, lebih rendah dibanding prediksi konsensus yang sebesar 8,6% YoY seperti yang dilansir dari Trading Economics. Pertumbuhan penjualan barang-barang ritel bulan April juga jauh lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 8,7% YoY.

Data-data tersebut mengonfirmasi bahwa kegiatan perekonomian China masih belum pulih. Perlambatan aktivitas ekonomi masih terus terjadi.

Pun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 dibacakan hanya sebesar 6,4% YoY, atau sama dengan kuartal IV-2018 dan merupakan yang paling lambat sejak tahun 1990.

Aktivitas ekonomi yang lesu tentu saja akan mempengaruhi gairah industri-industri yang menjadi penopang ekonomi China. Terlebih industri otomotif dimana terhubung dengan rantai pasokan yang kompleks dan melibatkan banyak industri kecil di sekitarnya.

Kala aktivitas industri tidak bergairah, maka permintaan energi juga cenderung terbatas. Apalagi sebagian besar energi listrik di China saat ini masih dibangkitkan oleh batu bara. Tentu saja permintaan batu bara pun ikut lesu.

Sementara itu, produksi batu bara di tambang-tambang yang ada di provinsi Shaanxi, China pada bulan April meningkat 4% dibandingkan bulan sebelumnya, berdasarkan data Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China.

Hal itu terjadi karena tambang-tambang di sana sudah mulai beroperasi penuh setelah dilakukan pemeriksaan keamanan oleh otoritas setempat. Pemeriksaan keamanan sendiri dilakukan menyusul tragedi kecelakaan pada salah satu tambang yang menewaskan 21 orang pada Januari 2019 silam.

Kini, hampir seluruh tambang-tambang di provinsi penghasil batu bara terbesar ketiga di China tersebut sudah bisa kembali menggenjot produksi.

China yang merupakan konsumen utama batu bara global akan sangat mempengaruhi keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar. Saat permintaan turun, sementara pasokan tidak dihambat, wajar apabila harga tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2w6Qkdp

May 20, 2019 at 05:13PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Harga Batu Bara Melemah 7 Hari Beruntun, Ada Apa?"

Post a Comment

Powered by Blogger.