Search

Defisit Dagang Membengkak, Menperin Angkat Suara

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menilai ekspor non-migas tahun ini masih lebih bagus ketimbang 2018. Hal ini menanggapi defisit neraca perdagangan pada April 2019 mencapai US$ 2,5 miliar.

Airlangga menilai, industri pengolahan non-migas konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap nilai ekspor nasional. B
erdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada April 2019, ekspor produk manufaktur mencapai US$ 9,42 miliar atau 74,77% dari total ekspor Indonesia.

Secara kumulatif, volume ekspor Januari-April 2019 meningkat 10,22% dibanding periode yang sama di 2018, yang disumbang oleh peningkatan ekspor nonmigas 13,07%.



"Beberapa hal yang terkait dengan defisit neraca perdagangan, sebetulnya kalau kita bicara industri non-migas, masih positif." kata Airlangga, dalam keterangan resmi dikutip, Senin (20/09/2019).

Kemenperin juga mendorong produsen dalam negeri melakukan substitusi impor, dan tetap mendorong untuk ekspor. Substitusi impor merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan.

"Kami juga memacu perusahaan swasta untuk berinvestasi di luar negeri supaya mendapatkan akses kemudahan ekspor di tengah ketidakpastian perdagangan global saat ini. Salah satu komoditas yang didorong untuk ekspor adalah besi dan baja," katanya.

Airlangga menilai penurunan ekspor lebih disebabkan turunnya permintaan pasar dunia sebagai imbas perang dagang. Contohnya, produk besi dan baja Indonesia dalam bentuk lembaran (sheet) yang terkena bea masuk cukup tinggi ke Amerika Serikat dan Tiongkok.

Dia tidak menampik saat ini industri manufaktur nasional pun masih membutuhkan impor bahan baku. Namun besarnya impor bahan baku dan penolong serta barang modal, digunakan untuk meningkatkan produksi di dalam negeri sehingga nantinya ekspor bisa ikut naik.

Sejumlah produk manufaktur Indonesia yang masih agresif tembus pasar ekspor, seperti makanan dan minuman, pakaian dan alas kaki, serta kendaraan dan komponennya.


"Tentunya kita akan lihat ekspor pada bulan-bulan depan," tutur Ketua Umum Partai Golkar ini.

Di samping itu, pemerintah juga tetap fokus meningkatkan investasi dan ekspansi di dalam negeri yang dapat mengerem laju impor dengan mendongkrak produksi dalam negeri. Misalnya, investasi besar perusahaan elektronika di Batam, salah satunya adalah Pegatron.

Selain peningkatan investasi untuk ekspor, harus ada upaya diversifikasi pasar tujuan pengapalan produk domestik, seperti negara di benua Eropa yang membutuhkan baja untuk industri maju seperti alat-alat kesehatan.

Indonesia terlalu liberal?
[Gambas:Video CNBC]
(tas)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2LUfffd

May 20, 2019 at 03:59PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Defisit Dagang Membengkak, Menperin Angkat Suara"

Post a Comment

Powered by Blogger.