
Jacintha Poh, Vice President dan Senior Credit Officer Moody's mengatakan penegasan peringkat CFR Ba3 mencerminkan posisi perusahaan yang mapan sebagai salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia.
Selain itu, BSDE dinilai memiliki profitabilitas yang kuat, didukung oleh kepemilikan atas bank tanah (land bank) besar dan berbiaya rendah, dan basis pendapatan berulang (recurring income) yang terus tumbuh.
Akan tetapi perlu dicatat bahwa peringkat 'Ba' menandakan surat utang perusahaan masih memiliki unsur spekulatif dan risiko kredit yang tinggi, sehingga masih dikategorikan sebagai non-investment grade alias belum masuk layak investasi.
Lebih lanjut, berdasarkan laporan Moody's per 24 Mei, prospek perusahaan diturunkan dari Positif ke Stabil. Peningkatan atas prospek BSDE diestimasi tidak akan terjadi dalam 12-18 bulan ke depan.
"Perubahan pada prospek BSDE menjadi Stabil dari Positif mencerminkan penurunan dalam metrik (profil) kredit perusahaan di tahun 2018, karena penjualan pemasaran yang lebih rendah dan tingkat utang yang lebih tinggi," ujar Poh.
Sepanjang tahun lalu, pemasukan perusahaan dari penjualan pemasaran hanya mencapai Rp 5,2 triliun (di luar proyek ventura bersama) atau sekitar 79% dari total target setahun penuh yang ada di Rp 6,6 triliun.
Padahal umumnya perusahaan selalu mampu mencapai lebih dari 80% dari target tahunan. Penjualan pemasaran yang menurun dibandingkan perkiraan, disebabkan oleh sentimen yang buruk (negatif) menjelang pemilihan presiden Indonesia.
Tahun 2018, perusahaan juga tercatat menambah porsi utang yang sebagian disimpan dalam bentuk kas. Alhasil, total kas (uang tunai) BSDE di akhir tahun lalu naik menjadi Rp 8,9 triliun dari Rp 6,8 triliun pada tahun 2018. Bertambahnya posisi kas perusahaan dapat mendukung likuiditas yang lebih baik untuk 2019 dan 2020.
Tahun ini, BSDE menargetkan penjualan pemasaran sebesar Rp 6,2 triliun, di mana 56% dikontribusikan dari penjualan hunian, dan 44% dari produk komersial seperti tanah, ruko dan kondominium.
Sementara itu, peningkatan untuk metrik kredit perusahaan akan didorong oleh penyelesaian pembayaran atas sisa utang (Senior Notes Global Prime Capital I) US$ 79 juta, dan peningkatan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) yang didorong oleh peningkatan penjualan pemasaran.
Selain itu, Moody's dapat menurunkan peringkat CFR BSDE jika perusahaan gagal mengimplementasikan rencana bisnisnya. Pasar properti memburuk diprediksi menekan operasional dan profil kredit perusahaan, serta ada bukti kebocoran uang tunai dari BSDE untuk mendanai perusahaan afiliasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan properti, tingginya permintaan apartemen.
[Gambas:Video CNBC]
(dwa/tas)
http://bit.ly/2JI4B9g
May 27, 2019 at 06:44PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Moody's Pangkas Prospek Bisnis Bumi Serpong, Apa Pemicunya?"
Post a Comment