Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Kemarin, kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei menguat 2,13%, indeks Shanghai naik 2,22%, dan indeks Straits Times menguat 1,52%.
Mendinginnya hubungan antara AS dengan China sukses memantik aksi beli secara besar-besaran di bursa saham Benua Kuning. Pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Osaka, Jepang, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.
Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."
Lebih lanjut, Trump menyebut bahwa China akan membeli produk-produk agrikultur asal AS dalam jumlah besar.
"Kami menahan diri dari (mengenakan) bea masuk dan mereka akan membeli produk pertanian (asal AS)," tutur Trump, dilansir dari CNBC International.
Sentimen positif yang datang dari mendinginnya bara perang dagang AS-China berhasil membuat pelaku pasar mengabaikan rilis data ekonomi yang mengecewakan.
Kemarin, Manufacturing PMI China periode Juni 2019 versi Caixin diumumkan di level 49,4, lebih rendah ketimbang konsensus yang sebesar 50, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sebagai informasi, angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Manufacturing PMI China bulan lalu yang sebesar 49,4 merupakan yang terendah sejak awal tahun.
Dari dalam negeri, sentimen positif bagi pasar keuangan tanah air datang dari rilis angka inflasi. Kemarin siang, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode Juni 2019.
Hasilnya, inflasi secara bulanan diumumkan di level 0,55%, di atas konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang sebesar 0,46% dan inflasi tahunan berada di level 3,28%. Kemudian, inflasi inti tercatat sebesar 3,25% secara tahunan, di atas konsensus yang sebesar 3,12%.
Inflasi inti yang berada di atas ekspektasi mengindikasikan perbaikan daya beli masyarakat Indonesia. Hal ini lantaran inflasi inti sudah mengeluarkan komponen yang bergejolak yakni harga pangan dan energi.
Selama ini, konsumsi rumah tangga memegang peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia. Bahkan, pos tersebut membentuk lebih dari 50% perekonomian Indonesia.
Kala konsumsi rumah tangga kuat, besar harapan bahwa perekonomian Indonesia akan bisa dipacu untuk tumbuh di level yang relatif tinggi. Hal ini tentu merupakan kabar baik bagi pasar keuangan tanah air.
BERLANJUT KE HALAMAN 2 (ank/ank)
https://ift.tt/2XJ3JrE
July 02, 2019 at 02:15PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "AS-China Memang Makin Mesra, Tapi Jangan Senang Dulu...."
Post a Comment