Sedangkan harga batu bara Newcastle kontrak Maret di pasar ICE menguat tipis sebesar 0,11% ke level US$93,85/metrik ton.
Selama sepekan, harga batu bara sudah terpangkas 0,52% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas ekspor andalan Indonesia ini tercatat amblas 6,7%.
Perlambatan ekonomi global masih menjadi isu yang memberikan sentimen negatif yang kuat bagi pergerakan harga batu bara.
Teranyar, kemarin Jepang mengumumkan nilai ekspor yang anjlok 8,4% YoY pada periode Januari 2019. Bahkan penurunan nilai ekspor tersebut jauh lebih dalam dibanding konsensus pasar yang memprediksi terjadinya kontraksi sebesar 5,5%.
Bahkan perlambatan ekspor tersebut merupakan yang terparah dalam lebih dari 2 tahun.
Lagi-lagi alasannya adalah turunnya permintaan dari China.
Turunnya nilai ekspor Jepang menandakan bahwa kegiatan ekonomi, terutama dari sektor manufaktur di Negeri Sakura tengah mengalami perlambatan. Dengan begitu, investor menjadi makin khawatir permintaan batu bara akan terus berkurang.
Seperti yang diketahui, Jepang merupakan importir batu bara terbesar di dunia dengan volume impor mencapai 190,8 juta ton di tahun 2017.
Selain itu, hari ini (21/2/2019) Reuters mengabarkan bahwa Bea Cukai China di Pelabuhan Dalian bagian utara telah memblokir impor batu bara asal Negeri Kanguru, berdasarkan pernyataan dari pejabat di grup pelabuhan Dalian.
Lebih lanjut, pejabat tersebut juga mengatakan bahwa 5 pelabuhan yang berada di bawah pengawasan pabean Dalian, yaitu Dalian, Bayuquan, Panjin, Dandong, dan Beiliang, tidak akan meloloskan batu bara Australia yang masuk. Namun, batu bara asal Indonesia dan Rusia tidak akan terdampak kebijakan tersebut.
Pelabuhan-pelabuhan tersebut merupakan gerbang masuk dari 14 juta ton batu bara impor, yang setengahnya berasal dari Australia, kata analis Orient Futures, Gu Meng, mengutip Reuters.
Pemblokiran tersebut ternyata sudah efektif berlaku sejak awal Februari dan masih belum ditentukan kapan akan berakhir.
Kebijakan tersebut diberlakukan seiring dengan pelabuhan utama China lainnya yang memperpanjang proses pemeriksaan batu bara Australia hingga 40 hari.
Masih belum jelas alasan dibalik pengetatan impor batu bara asal Australia tersebut. Pejabat pelabuhan Dalian yang enggan disebutkan namanya juga menolak memberikan keterangan lebih lanjut.
Akan tetapi, itu terjadi di tengah ketegangan yang meningkat antara Beijing dan Canberra mengenai masalah seperti keamanan siber dan pengaruh Cina di negara-negara kepulauan Pasifik. Diketahui bahwa Australia baru-baru ini mencabut visa pebisnis terkemuka asal China yang juga makin memperburuk hubungan kedua negara.
Hal ini membuat pasokan batu bara dari Australia akan lebih sulit untuk mendapatkan pasar. Maklum, China merupakan negara yang menguasai lebih dari setengah konsumsi batu bara dunia.
Keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar batu bara dunia bisa terganggu. Mengingat Australia merupakan negara eksportir batu bara terbesar di dunia, maka pasokan di pasar akan kebanjiran.
Disamping itu semua, untungnya masih ada sentimen positif yang berpotensi memberi dorongan ke atas pada pergerakan harga batu bara.
Perkembangan damai dagang Amerika Serikat - China yang semakin positif membuat pelaku pasar menjadi optimistis permintaan energi bisa kembali tumbuh.
Reuters mengabarkan bahwa kedua raksasa ekonomi dunia tersebut telah membuat suatu nota kesepahaman (MoU) yang dapat membuka jalan menuju damai dagang yang hakiki.
Menurut beberapa sumber yang mengetahui hal tersebut, setidaknya ada enam poin yang menjadi isi dari kesepakatan tersebut, diantaranya yaitu perlindungan terhadap kekayaan intelektual, perluasan investasi sektor jasa, transfer teknologi, pertanian, nilai tukar, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan.
Lebih jauh lagi China juga disebut telah sepakat untuk mengurangi surplus perdagangan dengan AS.
Bila hubungan dagang AS-China kembali lancar, maka rantai pasokan dunia juga bisa mengalir lebih deras. Akibatnya, permintaan energi, yang salah satunya berasal dari batu bara dapat terangkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/gus)
https://ift.tt/2NgVdIQ
February 21, 2019 at 11:26PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Meski Ada Isu Damai AS-China, Harga Batu Bara Masih Stagnan"
Post a Comment