Tidak hanya IHSG yang terkoreksi, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,45%, indeks Hang Seng melemah 0,69%, indeks Straits Times terkoreksi 0,73%, dan indeks Kospi berkurang 0,4%.
Kekhawatiran bahwa bank sentral AS, Federal Reserve, yang diperkirakan tidak akan bertindak dovish atau kalem dalam pertemuannya bulan ini menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Asia.
Sebelum perdagangan Senin (29/7/2019) dibuka, cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia:
1.2018 Garuda Rugi Rp 2,45 T & Kontrak dengan Mahata Putus
Emiten penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akhirnya menyajikan ulang (restatement) laporan keuangan tahun buku 2018. Dalam penyajian ulang laporan keuangan tersebut, Garuda mencatatkan kerugian, bukan untung seperti yang dilaporkan sebelumnya.
Dalam materi paparan publik yang disampaikan Garuda, setelah ada penyesuaian pencatatan maskapai penerbangan ini merugi US$ 175 juta atau setara Rp 2,45 triliun (kurs Rp 14.004/US$).
Ada selisih US$ 180 juta dari yang disampaikan dalam laporan keuangan perseroan tahun buku 2018. Pada 2018 perseroan melaporkan untung US$ 5 juta atau setara Rp 70,02 miliar. Selain itu, manajemen juga menegaskan sudah mengirimkan surat untuk pembatalan kerja sama anak usahanya, Citilink, dengan PT Mahata Aero Teknologi dalam pemasangan layanan Wifi.
2.Rogoh Rp 1 T, Emiten Milik Sandiaga Borong Saham TBIG
Perusahaan investasi yang didirikan oleh Edwin Soeryadjaja dan Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) merogoh dana hingga Rp 1,08 triliun untuk menambah kepemilikan saham di perusahaan menara telekomunikasi yakni PT Tower Bersama Infrastucture Tbk (TBIG).
Sebelumnya Saratoga melalui anak usahanya PT Wahana Anugerah Sejahtera sudah memiliki saham TBIG sebanyak 1,33 miliar saham atau secara persentase sebanyak 30,80% per Maret 2019.
Sandi Rahayu, Kepala Divisi Hukum dan Sekretaris Perusahaan Saratoga, mengatakan pembelian saham TBIG tak hanya dilakukan perusahaan tetapi juga anak usahanya, Wahana.
3.Laba BTN Semester I-2019 Capai Rp 1,3 T
PT Bank Tabungan Negara Indonesia (BBTN) mencatatkan penyaluran kredit di atas rata-rata industri perbankan. Per Juni 2019, BTN mencatatkan penyaluran kredit Rp 251,04 triliun atau tumbuh 18,78% secara tahunan. Namun Laba bank yang fokus di perumahan ini harus turun 7%.
Bank BTN mencatatkan laba bersih Rp 1,3 triliun atau 50% dari target 2019 sebesar Rp 2,6 triliun. Angka ini turun dari periode yang sama tahun lalu. Namun, BTN mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 16,58% (yoy) dari Rp 268,04 triliun pada semester I-2018 menjadi Rp 312,47 triliun.
Laba operasional BTN masih tumbuh dibanding tahun lalu. Laba bersih turun karena CKPM (Pencadangan) dibentuk besar untuk memenuhi ketentuan PSAK 71.
4.Mulai 2020, Pegadaian Siap Proses IPO di Bursa
PT Pegadaian (Persero) menegaskan tengah mempersiapkan diri untuk mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Persiapan proses go public tersebut akan dimulai setidaknya pada tahun 2020 mendatang.
Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto mengatakan pihaknya kini masih menunggu izin dari Kementerian BUMN untuk rencana masuk bursa efek tersebut.
"Pegadaian punya rencana IPO sudah lama tapi tertunda terus. Saya belum mendapatkan izin [Kementerian BUMN]. IPO banyak hal dipertimbangkan," katanya di Yogyakarta, Jumat (26/7/2019).
Oleh sebab itu, pada 2020, perseroan mulai menyiapkan segala proses untuk melantai di BEI, termasuk dengan menunjuk beberapa konsultan atau nantinya penjamin emisi efek (underwriters).
5.Harga CPO Anjlok, BWPT Alami Tekanan Berat
Emiten perkebunan sawit, PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) fokus melakukan efisiensi di tengah gejolak harga crude palm oil (CPO) dalam 2 tahun terakhir. Sektor ini juga terdampak sentimen perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta kampanye negatif sawit dari Uni Eropa.
Direktur Eagle High Plantations, Gelora Sinuraya saat paparan publik di Bursa Efek Indonesia menuturkan, perseroan hanya akan fokus mengelola lahan sawit seluas 140.000 hektare secara efektif dan efisien yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Sebab dengan kebijakan pemerintah yang baru, pemerintah memberlakukan moratorium untuk ijin pembukaan lahan sawit baru.
"Kondisi sekarang sedang sulit, hampir semua pengusaha sawit mengalami tekanan yang cukup berat," kata Gelora, Jumat (26/7/2019) di Bursa Efek Indonesia.
(tas)
https://ift.tt/2SQoT2b
July 29, 2019 at 03:20PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Garuda Putus Kontrak Mahata, Pegadaian Proses IPO di 2020"
Post a Comment