Hal tersebut dikemukakan Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo saat berbincang dengan CNBC Indonesia, seperti dikutip Kamis (1/8/2019). "Sebenarnya rupiah masih bisa menguat," kata Dody.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah sempat kembali ke level kisaran Rp 13.900/US&, meskipun penguatan hanya bertahan sementara. Greenback kembali perkasa, dan membawa rupiah ke level Rp 14.000/US$.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah di pasar spot. US$ 1 dibanderol Rp 14.055 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Menurut Dody, pelemahan rupiah terbilang wajar mengingat setiap mata uang negara berkembang kerap bergerak cukup dinamis seiring dengan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed.
"Tapi sebenarnya pasar sudah mengarah dari sisi FFR [fed fund rate] sudah di price in. Ya biasalah kalo jelang Fed Meeting itu selalu ada," katanya.
Meski demikian, bank sentral tak melihat kondisi ini patut dikhawatirkan. Pasalnya, beberapa indikator makro ekonomi nasional telah menunjukkan arah yang lebih positif, yang sekaligus memperkokoh fundamental rupiah.
"Kita gak melihat itu dampaknya signifikan secara fundamental karena rupiah pun juga menunjukkan kinerja makro kita bagus. Kita lihat beberapa minggu terakhir ini sebenarnya rupiah mengarah ke penguatan. No issue," jelas Dody (hps/hps)
https://ift.tt/2MqnChf
August 01, 2019 at 04:07PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BI Sebut Rupiah Masih Undervalued, Peluang Menguat Terbuka"
Post a Comment