Search

Pasca-Pilpres IHSG Anjlok 3,5%, Belum Percaya Jokowi Menang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pasca-pemilihan umum (Presiden dan Legislatif) 2019 terkoreksi 3,51%. Pelaku pasar tampaknya masih belum percaya diri untuk melakukan akumulasi beli, meskipun pasangan petahana Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul sementara di real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) atas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Koreksi dalam IHSG diperparah dengan koreksi nilai tukar rupiah. Pada periode yang sama nilai tukar rupiah terdepresiasi 1,85%.


Kejatuhan IHSG dan nilai tukar rupiah tersebut membuat digadang-gadang karena masih belum ada kepastian terhadap hasil pemilu, khususnya pemilihan presiden (pilpres).

Berdasarkan real count yang dipublikasikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), hingga pukul 11.15 WIB jumlah suara Jokowi tercatat mencapai 56,29% sementara Prabowo mencapai 45,55%.

Menurut Ekonom PT Bank Central Asia (BCA), David Sumual, dalam situasi seperti ini semua pelaku industri keuangan sedang menunggu. "Masih akan wait and see karena Pilpres belum selesai, prosesnya masih panjang. Mungkin akan sampai Oktober," kata David, saat diwawancarai CNBC Indonesia, Senin (06/05/2019).

Menurutnya pelaku pasar dan pebisnis masih akan menyimak pemilihan kabinet setelah pemerintahan baru. "Kita bisa kehilangan momentum selama dua kuartal. Dalam 6 bulan tidak ada kementerian yang membuat kebijakan desesive," tambah David.

Padahal jika mengikuti pola atau kecenderungan yang terjadi dalam setiap tahun penyelenggaraan pemilu sebelumnya, kinerja IHSG melesat pada tahun pemilu.

Bisa jadi ini buka pola baku, tetapi paling tidak statistik menunjukkan pada saat pemilu rata-rata IHSG bisa naik 55,98%. Ini dihitung berdasarkan kinerja IHSG selama empat pemilu terakhir pasca reformasi.

Pada 1999, pemilu pertama setelah era orde baru jatuh IHSG tercatat menguat 70,06%. Saat penutupan 1998, IHSG berada pada level 398,04 dan ditututup pada 1999 pada level 676,92.

Berikutnya pada 2004, penguatan IHSG mencapai 44,56%. Dari level 691,89 pada saat penutupan perdagangan 2003 ke level 1.000,23 saat penutupan 2004.

Lalu pada 2009, kinerja IHSG juga tercatat memukai dengan naik 86,98%. Pada penutupan perdagangan 2008, IHSG tercatat berada pada level 1.355,41 dan ditutup pada pada 2009 pada level 2.534,36.

Dan pada pemilu terakhir 2014 lalu, kinerja IHSG juga tercatat memukau, di mana terjadi penguatan 22,29%. Pada akhir 2013 IHSG tercatat ditutup pada level 4.274,18 ke level 5.226,95 pada akhir 2014.

Sementara itu, Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, sempat menyampaikan sikap optimistisnya terkait kinerja IHSG di tahun politik. Menurut Inarno, faktor eksternal lah yang justru tantangan menjadi terbesar yang tak bisa dihindari.

Lalu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong, sempat mengklaim bahwa kalangan investor menyambut positif hasil perhitungan cepat (quick count) maupun rekapitulasi sementara (real count) Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menempatkan pasangan Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin unggul atas Prabowo.

Menurut Lembong, kemenangan itu akan memastikan adanya kontinuitas kebijakan dan stabilitas perekonomian dalam lima tahun ke depan.

"Di mata investor, Jokowi-Ma'ruf sudah hampir pasti memenangkan pemilu, sehingga sudah pasti ada kontinuitas kebijakan dan stabilitas dalam lima tahun ke depan. Saya kira di mata investor yang terpenting adalah kontinuitas," kata Lembong dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (30/4/2019). (hps/wed)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2DScSmw

May 06, 2019 at 06:47PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pasca-Pilpres IHSG Anjlok 3,5%, Belum Percaya Jokowi Menang?"

Post a Comment

Powered by Blogger.