Search

Ekonomi Loyo di Q1, Investor Asing Lepas Saham Rp 400 M Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing kian gencar melepas saham-saham di pasar modal Tanah Air setelah rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal-I 2019 yang mengecewakan karena di bawah ekspektasi.

Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh lebih rendah dibandingkan capaian kuartal-IV 2018 yang sebesar 5,18% YoY, walaupun sedikit lebih tinggi dibandingkan capaian kuartal-I 2018 yang sebesar 5,06% YoY.

Namun tetap saja, pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19% YoY.


Sebelum BPS merilis angka pertumbuhan ekonomi, investor asing membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp 369,5 miliar di Bursa Efek Indonesia. Pada Senin ini (6/5/2019), nilai net sell membesar menjadi Rp 402,8 miliar.

Intensitas jual oleh investor asing yang kian besar tersebut berkontribusi dalam mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok semakin dalam.

Sebelum BPS merilis angka pertumbuhan ekonomi, IHSG ditransaksikan melemah 1% ke level 6.256,09. Kini, pelemahan IHSG adalah sebesar 1,16% ke level 6.246,01.

Kondisi ini begitu berbeda, padahal sebelumnya gelaran Pemilihan Umum pada 17 April lalu, momen pemilu ini diproyeksikan akan mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi. Namun, ternyata tak terjadi.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2019 kami berada di level 5,16%, utamanya karena lemahnya pertumbuhan investasi berhasil diminimalisir oleh kencangnya pertumbuhan konsumsi, seiring dengan belanja terkait pemilihan umum," papar ekonom Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro dalam email yang diterima CNBC Indonesia.

Senada dengan Satria, hal serupa juga diungkapkan oleh ekonom Moody's Analytics, Katrina Ell.

"Konsumsi rumah tangga telah diuntungkan oleh stabilnya harga energi dan perputaran uang yang lebih tinggi menjelang pemilihan umum pada bulan April," papar Katrina dalam email-nya.

Laju pertumbuhan ekonomi yang kurang oke, apalagi jika berlanjut ke kuartal-II yang seharusnya menjadi puncak konsumsi masyarakat lantaran kehadiran bulan Ramadan, tentu juga akan menekan kinerja keuangan dari emiten-emiten di BEI.

Akibatnya, aksi jual dengan intensitas yang lebih besar dilakukan investor asing di pasar saham Indonesia.

Lebih lanjut, tantangan bagi perekonomian Indonesia di kuartal-II 2019 akan datang dari eskalasi perang dagang AS-China. Meski banyak pihak menyebut bahwa dialog dagang di Beijing pekan lalu menelurkan hasil positif, tetapi Presiden AS Donald Trump ternyata memutuskan untuk menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar.

Ekonomi Loyo, Investor Asing Lepas Saham Rp 400 Miliar LebihFoto: Donald Trump Twitter 1 China

"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat," cuit Trump melalui akun Twitter-nya, @realDonaldTrump.

"Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%. Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2H3o29Y

May 06, 2019 at 06:52PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ekonomi Loyo di Q1, Investor Asing Lepas Saham Rp 400 M Lebih"

Post a Comment

Powered by Blogger.