Search

Meski Menguat Pekan Lalu, Harga Batu Bara Masih Rapuha

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Mei di bursa Intercontinental Exchange (ICE) menguat 0,46% ke posisi US$ 87,6/metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (3/5/2019) pekan lalu.

Dengan begitu, dalam sepekan harga batu bara mampu membukukan kenaikan sebesar 2,82% secara point-to-point.

Kenaikan harga batu bara pekan lalu didorong oleh ketertarikan pelaku pasar akan batu bara Australia karena harganya yang sudah murah. Sejak awal tahun 2019, harga batu bara Newcastle dengan nilai kalori 6000 kcal/kg sudah turun 14,16%. Yah, siapa yang bisa menolak barang bagus yang murah?

Menurut S&P Global Platts, daya tarik batu bara Newcastle bagi importir di China meningkat pekan lalu karena hal tersebut. Tentu saja itu merupakan kabar baik bagi pelaku pasar, karena China merupakan konsumen utama batu bara dunia. Bahkan lebih dari separuh dari pembakaran batu bara global dilakukan di China.

Namun perlu diwaspadai potensi eskalasi perang dagang AS-China yang muncul sejak hari Minggu (5/5/2019). Pasalnya Trump sudah mengancam akan meningkatkan bea impor produk China yang senilai US$200 miliar menjadi 25% (dari semula 10%) Jumat pekan ini.


"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat. Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%. Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump di Twitter, Minggu (5/5/2019).

Bila benar Trump mengeksekusi ancaman tersebut, maka China pun kemungkinan membalas dengan kebijakan serupa. Skenario saling lempar tarif impor pun seakan sulit dihindari.

Kala itu terjadi, dampaknya akan mirip dengan tahun lalu, bahkan lebih besar. Rantai pasokan global akan terhambat. Aktivitas ekonomi lesu. Industri-industri manufaktur hilang gairah. Ujungnya, ekonomi global akan melambat, atau bahkan bisa terkontraksi.


Dampaknya, permintaan energi, yang salah satunya berasal dari batu bara juga terancam tak tumbuh. Bukan berita baik bagi pelaku industri dan pelaku pasar tentunya, karena dapat membuat keseimbangan fundamental di pasar global timpang. Harga batu bara pun berpeluang mendapat tekanan hebat, sekali lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/prm)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2DMzm8n

May 06, 2019 at 07:06PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Meski Menguat Pekan Lalu, Harga Batu Bara Masih Rapuha"

Post a Comment

Powered by Blogger.