Search

AS-China Kembali Panas, Euro juga Kena Efeknya

jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro dibuka gap down lawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (6/5/19), padahal pada Jumat (3/5/19) lalu mata uang 19 negara ini sedang kuat.

Gap down adalah kondisi dimana harga penutupan jauh lebih rendah dibandingkan harga penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Jumat euro berakhir di level US$ 1,1202, sementara pada hari ini dibuka di level 1,1170, melansir kuotasi MetaTrader 5. Euro berhasil memangkas penurunan tersebut dan berada di kisaran 1,1192 pada pukul 11:35 WIB.

Kembali memanasnya hubungan dagang AS - China turut memukul euro. Pasar kembali cemas akan pelambatan ekonomi global khususnya Eropa akibat perang dagang.

Presiden AS Donald Trump mengatakan akan meningkatkan bea impor dari China akibat Negeri Tiongkok tersebut dituduh mencoba melakukan re-negosiasi.

Efek dari pernyataan Trump tersebut, China berencana untuk membatalkan perundingan dagang di pekan ini.

Euro pada Jumat lalu berhasil menguat memanfaatkan tekanan yang terhadap dolar AS pasca rilis data tenaga kerja, dan aktivitas non-manufaktur PMI.

Meski tingkat pengangguran AS berada di level terendah dalam hampir 50 tahun terakhir, namun kenaikan rata-rata upah lebih rendah dari prediksi di Forex Factory.

Sementara data aktivitas non-manufaktur PMI menunjukkan angka 55,5 untuk bulan April, turun dari bulan sebelumnya 56,1, juga lebih rendah dari prediksi 57,2.

Data tenaga kerja AS sebenarnya direspon bagus oleh pelaku pasar yang membuat aset-aset berisiko menguat, bursa saham melesat naik, termasuk bursa Eropa yang memberikan keuntungan bagi euro.

Di sisi lain, dari zona euro inflasi dilaporkan lebih tinggi dari prediksi. Badan Statistik Eropa (Eurostat) melaporkan inflasi di bulan April naik menjadi 1,7% (year-on-year), dari bulan sebelumnya sebesar 1,4%, dan lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 1,6%. Kenaikan harga-harga di bulan April tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2018.

Pada periode yang sama, inflasi inti yang tidak memasukkan beberapa item yang volatil, naik menjadi 1,2% dari sebelumnya 0,8%, juga lebih tinggi dari diprediksi 1,0%.

Data inflasi tersebut meredakan kecemasan akan pelambatan ekonomi di Benua Biru, apalagi sebelumnya data pertumbuhan ekonomi juga dirilis lebih tinggi dari perkiraan.

Namun kecemasan kini kembali muncul akibat kemungkinan batalnya damai dagang AS - China. Perang dagang kedua raksasa ekonomi tersebut menjadi faktor utama pelambatan ekonomi global. (pap/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2DPvP9C

May 06, 2019 at 07:09PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "AS-China Kembali Panas, Euro juga Kena Efeknya"

Post a Comment

Powered by Blogger.