Search

3 Negara Pangkas Ekspor, Harga Karet kok Cenderung Stabil?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga karet alam dalam 2 bulan terakhir cenderung stabil. Meskipun Indonesia, Malaysia, dan Thailand sudah memangkas ekspor, namun harga karet ternyata belum mampu naik lebih tinggi.

Pada perdagangan Kamis ini (23/5/2019), harga karet kontrak pengiriman Oktober di bursa Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) melemah 0,21% ke level JPY 191,2/kg, setelah amblas 1,44% sehari sebelumnya.

Meskipun demikian, sebenarnya pergerakan harga karet cenderung stabil sepanjang periode April-Mei, yaitu sekitar JPY 190/kg. Ini menunjukkan bahwa belum ada sentimen yang benar-benar kuat yang dapat mendongkrak harga karet lebih tinggi lagi.

Tercatat sejak awal tahun 2018, harga karet melemah 7,55%.


Padahal, negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand sudah sepakat untuk mengurangi ekspor karet sebesar 240.000 ton selama 4 bulan mulai April 2019.

Bahkan secara rata-rata bulanan, harga karet tercatat turun 2,78% pada bulan April dibanding bulan sebelumnya.

Sebagai informasi, dalam kesepakatan ITRC, kuota potongan ekspor Thailand mencapai 126.240 ton, karena merupakan produsen karet terbesar di dunia. Adapun Indonesia dan Malaysia kebagian jatah pengurangan ekspor karet masing-masing sebesar 98.160 ton dan 15.600 ton.

Namun belakangan Thailand mengundur jadwal pengurangan ekspor karet hingga tanggal 12 Mei 2019 karena adanya pemilihan umum. Artinya saat ini sebenarnya kebijakan ITRC sudah berlaku penuh dan bisa mengurangi ketersediaan pasokan di pasar global.

Tampaknya sentimen negatif lain lebih membebani harga karet ketimbang dorongan positif kebijakan ITRC.

Contohnya perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang sudah resmi memasuki ronde II pekan lalu. AS menaikkan tarif menjadi 25% (dari yang semula 10%) untuk produk China senilai US$ 200 miliar. Sementara China mengumumkan tarif tambahan yang bervariasi di kisaran 5%-25% atas produk AS senilai US$ 60 miliar mulai Juni 2019.

Tidak berhenti sampai di situ. Belum lama ini AS memasukkan raksasa teknologi asal China, Huawei ke dalam daftar hitam. Dengan begitu perusahaan AS tidak bisa lagi membeli produk Huawei tanpa izin dari pemerintah.

China meradang dan mengatakan akan mengumumkan langkah balasan. Sementara AS dikabarkan tengah berencana memberlakukan bea impor 25% pada produk China lain yang senilai US$ 300 miliar.


Ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi perang dagang. Saat ini saja perang dagang sudah membuat perekonomian dunia melambat, apalagi intensitasnya ditambah.

Rantai pasokan global akan sangat melambat dan menggiring pertumbuhan ekonomi ke palung terdalam. Kala itu terjadi permintaan komoditas bahan baku industri, termasuk karet pun terancam tak tumbuh, bahkan berkurang.

Ada pula sentimen yang berasal dari Jepang, di mana aktivitas industri terpantau masih lesu.

Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Jepang periode Mei dibacakan hanya sebesar 49,6. Capaian itu lebih rendah dibanding perkiraan konsensus yang sebesar 50,5, serta berada di bawah posisi bulan sebelumnya yakni 50,2.

Angka PMI di bawah 50 berarti ada kontraksi pada aktivitas manufaktur Jepang dibanding bulan sebelumnya. Berlaku pula sebaliknya.

Sebelumnya Jepang juga membukukan neraca perdagangan bulan April 2019 dengan surplus hanya JPY 60 miliar. Padahal pada April 2018, neraca perdagangan Jepang masih tercatat surplus hingga JPY 621 miliar.

Penyebabnya adalah kinerja ekspor yang lagi-lagi terkontraksi 2,4% year-on-year (YoY).

Fakta-fakta tersebut membuat pelaku pasar makin takut permintaan karet semakin terbatas. Apalagi Jepang diketahui merupakan negara importir karet terbesar ketiga di dunia.

Sebagai catatan, harga kontrak berjangka komoditas karet alam di bursa TOCOM seringkali memberi pengaruh pada harga karet di wilayah Asia Tenggara.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/tas)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2VEXdwZ

May 23, 2019 at 10:23PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "3 Negara Pangkas Ekspor, Harga Karet kok Cenderung Stabil?"

Post a Comment

Powered by Blogger.