Hal itu disampaikan oleh Wakil Duta Besar Belanda untuk Indonesia Ferdinand Lahnstein dalam acara makan malam bersama wartawan di Jakarta Pusat, Kamis (4/4/2019). Acara itu juga dihadiri langsung oleh Duta Besar Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol dan staff lainnya.
Selain membahas potensi Indonesia, ia juga membahas berbagai hal lainnya termasuk kemajuan yang sudah dicapai Indonesia, hubungan bilateral kedua negara, serta masalah crude palm oil (CPO) yang tengah hangat diperbincangkan lantaran diboikot oleh Uni Eropa (UE).
Berikut adalah pemaparan lengkapnya:
Mengenai potensi Indonesia
Indonesia dapat melakukan pekerjaan pemasaran yang lebih baik karena ada banyak hal yang dapat ditawarkan. Mereka (orang-orang Indonesia) adalah orang pintar. Indonesia memiliki perkembangan yang sangat menarik, contoh Go-Jek tidak ada di Eropa, dan ada banyak contoh lain yang tidak bisa saya sebutkan. Ada banyak hal super menarik tentang apa yang terjadi di sini.
Orang-orang Belanda pindah ke Jakarta karena mereka ingin menjadi bagian dari pertarungan (persaingan). Khusus untuk generasi muda, mereka melihat berbagai hal sedang terjadi, ada banyak start-up, dan juga karena masih ada banyak kebebasan, semuanya diatur.
Jika Anda ingin memulai bisnis, ada peraturan. Dengan birokrasi dan regulasi ada banyak hal bisa terjadi, tetapi pada saat yang sama tidak ada yang bisa terjadi juga. Banyak dari kita menyebut Indonesia sebagai "jam karet", tetapi ada banyak yang harus dilakukan saat ada fleksibilitas. Sama halnya jika membahas kemacetan. Kemacetan menandakan Indonesia sedang bergerak.
Contohnya, ada underpass di Mampang yang sudah terealisasi. Lalu lintas Semanggi (jalan) telah terealisasi. Kita tidak bisa mengeluh tentang seberapa cepat ini berjalan. Banyak hal terjadi. Tapi mungkin saya terlalu optimis, tetapi banyak hal terjadi di sini. Anda harus belajar melihat dari perspektif Indonesia.
Ketika saya mengunjungi Bali, ada banyak anak bermain catur di jalan. Tetapi setiap kali saya bermain catur dengan anak-anak kecil berumur sekitar 7 hingga 12 tahun, mereka selalu menang. Itu berarti mungkin standar pendidikan tidak sebaik di Eropa tetapi orang-orang Indonesia pintar. Ini sangat menarik.
Tetapi poin utama yang ingin saya sampaikan adalah Anda memiliki kisah yang lebih baik untuk disampaikan kepada dunia internasional. Ketika orang berbicara tentang negara Indonesia, saya melihat Indonesia lebih sebagai benua. Jika Anda melihat Indonesia di peta, itu terlalu panjang. Jadi untuk menjaga negara bersama itu tugas yang erat. Itu luar biasa.
Kami sedang bekerja sama dengan kantor kepresidenan, membahas mengenai kebijakan pertanian karena presiden berkepentingan dalam pertanian. Ada alasan mengapa negara sekecil Belanda bisa menjadi pengekspor produk pertanian terbesar kedua.
Jika kita melihat tanah kita di Belanda, saya pikir itu hanya setengah dari Jawa Tengah. Tapi kami adalah produsen pertanian terbesar kedua di dunia, di belakang Amerika Serikat. Bagaimana itu mungkin?
Jadi ada orang yang bertanya bagaimana ini bisa berhasil di Belanda. Jadi, presiden pergi untuk berbicara dengan Kedutaan Besar Belanda tentang bagaimana cara kerjanya sehingga kita tahu untuk mengatur negara kami. Jadi semua orang pergi ke Belanda untuk mengetahui tentang pertanian dan bekerja dengan staf. Sekarang kami dalam proyek untuk melatih orang-orang di sektor pertanian.
Tetapi Indonesia tidak menggunakan potensi penuhnya sebagai negara pertanian. Jika Indonesia bekerja dengan petugas kebijakan Kementerian Pertanian, orang-orang dari kantor kepresidenan, Indonesia bisa menjadi pengekspor produk pertanian terbesar di dunia mengalahkan Amerika Serikat. Tetapi Indonesia harus melakukan sesuatu untuk dapat mewujudkan itu. Potensinya sangat besar. Banyak hal untuk diraih.
Kami senang karena (ekonomi) kami tumbuh 2%, tetapi Indonesia tanpa melakukan apa-apa mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%. Jadi, jika Indonesia berjuang sedikit lebih keras, maka ekonominya akan tumbuh 6% hingga 7%, bahkan mungkin mengalahkan China.
Tetapi Indonesia harus melakukan banyak hal untuk mewujudkan itu. Indonesia harus membuat kebijakan yang benar, untuk membuat struktur pemerintahan menjadi benar. Banyak hal yang harus dilakukan.
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
|
Mengenai pelarangan kelapa sawit?
Garis kebijakan resmi kami adalah bahwa kami tidak percaya dengan pelarangan minyak kelapa sawit. Jadi apa yang telah kami lakukan sejauh ini juga dalam UE selalu mengambil sikap bahwa melarang kelapa sawit tidak akan menyelesaikan masalah.
Yang kami anggap penting adalah bagaimana tidak melakukan deforestasi. Tidak melakukan deforestasi banyak berpengaruh pada perubahan iklim kita. Itu tujuan utama kami. Kami memiliki keprihatinan besar tentang iklim. Dan semua hal yang membuat perubahan iklim, kami ingin melakukan sesuatu untuk itu. Kami ingin melakukan sesuatu tentang deforestasi.
Jadi kami ... bahwa kami juga bekerja sangat dekat dengan pemerintah Indonesia untuk membuat kelapa sawit yang berkelanjutan. Minyak kelapa sawit berkelanjutan berarti bahwa minyak kelapa sawit diproduksi sedemikian rupa sehingga tindakan ini, berpengaruh sebesar mungkin ke dalam lingkungan, perubahan iklim, menjaga hutan tropis yang masih asli. Itulah yang ingin kami lakukan.
Kami telah melakukan banyak proyek bersama-sama dengan pemerintah tentang minyak kelapa sawit yang keberlanjutan terutama untuk pemilik usaha yang lebih kecil.
Ya, kami lakukan di Sumatra beberapa proyek dengan masyarakat sipil, IDH, kami sudah bekerja dengan SFE. Kami membantu petani untuk mempelajari lebih lanjut tentang praktik kelapa sawit ini, pertanian, dan yang akan dialami Indonesia, sehingga mereka petani kecil mendapatkan hasil lebih banyak dari pertanian mereka.
Mereka dapat bersaing lebih banyak dengan perusahaan yang lebih besar, mendapatkan harga yang lebih baik. Itulah yang kami lakukan dan itu merupakan masalah besar tentang penanaman kembali, penanaman kembali (financial replanting) di Sumatera.
Jadi, kami bersama-sama dengan Rabobank. Kami berpikir dengan pemilik usaha kecil, tentang bagaimana kami dapat membantu Anda financial replanting, juga mendiskusikannya dengan pemerintah, melihat bagaimana pemerintah berperan dalam hal ini. Jadi itulah yang kami lakukan untuk minyak kelapa sawit.
Pada dasarnya itu menenangkan petani kecil, memberdayakan petani kecil, dan membantu mereka mengatur diri mereka sendiri. Kami menawarkan petani di Belanda untuk bekerja sama.
Kerja sama yang kami miliki adalah membuat semua petani terhubung satu sama lainnya. Pertama, dalam kerja sama ini adalah untuk kepentingan petani kecil yang diundang oleh Indonesia yang berasal dari Belanda.
Anda tahu Frisian Flag? Itu bagian dari Campina. Campina adalah perusahaan yang besar. Frisian Flag dan Campina pada dasarnya adalah kerja sama. Jadi yang Anda lihat adalah kerja sama itu bisa multinasional. Sama seperti Rabobank. Rabobank adalah bank pertanian Belanda yang terkenal. Ini juga kerja sama.
Kami membina pemilik usaha kecil di Belanda dan sekarang mereka bekerja secara internasional, jadi kami percaya model bisnis semacam itu juga dapat bekerja di Indonesia. Jadi kami berbagi pengalaman dengan lebih banyak, kami mencoba melihat bagaimana kami dapat membantu dan berbagi, memperluas ke negara-negara tersebut.
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
|
Apakah financial replanting berarti membiayai?
Kami sebenarnya tidak membiayai, kami menanam kembali. Kita tahu bahwa penanaman kembali adalah masalah, dan bagian tersulit dalam penanaman kembali adalah melakukan financial replanting karena dengan menghemat lebih banyak uang.
Dan kami percaya bahwa ada gagasan peran untuk kerja sama atau untuk lembaga perbankan, atau pemerintah untuk mengambil langkah ini. Tetapi masalahnya adalah bagaimana Anda dapat mengembangkan model ini.
Kami tahu penanaman kembali menjadi menarik. Karena mengapa Anda ingin berinvestasi dalam pengetahuan semacam ini? Karena kami percaya bahwa kami membantu menyelesaikan masalah financial replanting, tidak perlu menebang hutan hujan tropis.
Ini bekerja melawan deforestasi. Inilah alasan mengapa kami melangkah ke dalamnya. Kami percaya bahwa jika Anda melihat, aka nada hasil yang Anda dapatkan di minyak sawit. Jadi ini bagian besar dari perkebunan kelapa sawit yang dapat menghasilkan lebih banyak kegunaan.
Ini juga alasan mengapa kami membantu petani kelapa sawit yang sekarang bertani, dll, karena jika hasilnya meningkat, tidak perlu menebang hutan tropis yang masih asli. Jadi hal semacam itu yang kita kerjakan dengan kerja sama kecil, dengan pemerintah.
Anda tidak boleh menggunakan kata kata 'larangan/banned' untuk direktur energi terbarukan dari Uni Eropa dan delegasi expart karena ini bukan tentang larangan. Tapi ini tentang menetapkan batasan pada penggunaan minyak nabati dengan tingkat yang lebih tinggi di wilayah tersebut.
Jadi, kita harus menggunakan banyak minyak nabati untuk biofuel. Anda tidak menggunakan tanah (untuk lahan sawit) itu lagi, (tapi dialihkan) untuk produksi makanan. Jadi itu untuk produksi makanan. Anda harus melihat peraturan yang kami lakukan di UE.
(hps/hps)
http://bit.ly/2VqdZka
April 08, 2019 at 05:09PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Wakil Dubes Belanda: Indonesia Bisa Kalahkan AS dan China"
Post a Comment