Search

Sempat Dibuai Pekan Lalu, Harga Minyak Lemas Ditekan AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak masih lanjut melemah pada perdagangan hari Senin (29/4/2019) pagi.

Pada pukul 08:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juni turun 0,24% ke posisi US$ 71,98/barel, setelah amblas 2,96% pada akhir pekan lalu (26/4/2019).

Sedangkan harga light sweet (WTI) kontrak pengiriman Juni juga terkoreksi 0,33% ke level US$ 63,09/barel, setelah anjlok 2,93% akhir pekan lalu. Namun sejak awal tahun Brent dan WTI sudah mampu membukukan penguatan masing-masing sebesar 33,79% dan 38,93%.

Sepekan kemarin harga minyak sempat dibuai oleh sentimen yang datang dari pencabutan keringanan sanksi AS atas Iran. Pada hari Senin (22/4/2019), Gedung Putih secara terang-terangan melarang seluruh negara yang biasanya membeli minyak Iran untuk tidak melakukannya lagi. Bila masih tetap mengimpor minyak dari Iran, maka AS mengancam akan memberikan sanksi.

Sebenarnya, AS sudah memberlakukan sanksi tersebut sejak November 2018. Namun kala itu Negeri Adidaya masih memberikan keringanan kepada delapan negara untuk dapat membeli minyak asal Iran.

Dengan dicabutnya keringanan tersebut, maka pasokan minyak dari Iran dikhawatirkan akan semakin sulit untuk dilepas ke pasar. Padahal diketahui bahwa Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar keempat di antara anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan ekspor rata-rata mencapai 2,5 juta barel/hari (sebelum adanya sanksi).

Pun dengan adanya keringanan, ekspor minyak Iran sudah berkurang cukup banyak. Berdasarkan data Refinitiv, sepanjang bulan April, ekspor minyak Iran tidak lebih dari 1 juta barel/hari.

Wajar apabila pelaku pasar awalnya mengapresiasi harga minyak setelah kabar tersebut muncul. Pasalnya potensi pasokan yang hilang hampir mirip dengan pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC+ ( OPEC dan sekutunya) yang sebesar 1,2 juta barel/hari. Dengan pemangkasan produksi minyak OPEC saja harga minyak sudah bisa merangkak naik lebih dari 30% sepanjang kuartal I-2019.

Akan tetapi semakin lama pasar mulai sadar bahwa pasokan dari Iran tidak akan begitu saja hilang dari peredaran, karena masih bisa diselundupkan ke berbagai negara.

Beberapa analis meyakini bahwa China tidak akan begitu saja patuh terhadap tindakan yang diambil oleh AS. Sampai saat ini China juga masih menjadi importir minyak Iran yang terbesar, dengan total volume mendapat 585,4 ribu barel/hari di tahun 2018.

"Sebagian besar pelaku pasar yakin bahwa China akan terus membeli minyak Iran, bahkan membeli lebih banyak," kata Bjarne Schieldrop, strategist komoditas SEB, seperti yang dilansir dari Reuters, Selasa (23/4/2019).

Kementerian Luar Negeri China telah menyatakan keluhannya terhadap pencabutan keringanan sanksi Iran yang sudah diumumkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Membuat hubungan Negeri Tirai Bambu dengan AS yang sudah runyam semakin rumit.

Selain itu Presiden AS, Donald Trump juga telah mendesak Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyaknya, demi menjaga suplai di pasar.

"Saya sudah berbicara dengan OPEC. Saya katakan, Anda harus turunkan. Anda harus turunkan [harga minyak] !" ujar Trump, mengutip Reuters.

Alhasil pasar semakin yakin keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar global tidak akan berkurang terlalu jauh.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2Ld3Kis

April 29, 2019 at 03:52PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sempat Dibuai Pekan Lalu, Harga Minyak Lemas Ditekan AS"

Post a Comment

Powered by Blogger.