Search

Benarkah Panik Reda? 5 Hal Ini Bisa Jadi Hantu di Pasar Saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada banyak sentimen penggerak pasar pekan ini, mulai dari pembicaraan dagang Amerika Serikat (AS)-China yang disebut sudah mendekati kesepakatan, Brexit yang masih tak jelas, hingga ancaman akan terjadinya perlambatan ekonomi global.

Hal tersebut telah membuat berbagai bursa dunia bergejolak sepanjang minggu.

Nah, untuk pekan depan ada lima isu utama yang diperkirakan akan berpengaruh besar dalam menentukan keputusan pelaku pasar, berdasarkan proyeksi Reuters:

1. Inflasi
Tidak jelasnya arah pergerakan kurva imbal hasil (yield) obligasi AS membuat investor mencari-cari tanda-tanda yang mencerminkan bahwa ekonomi saat ini tengah berada di era Goldilocks (kondisi di mana ekonomi tidak terlalu bersemangat hingga menyebabkan inflasi ataupun terlalu lambat hingga menyebabkan resesi).

Untuk itu, ada dua pengukur harga bulanan yang menjadi perhatian utama investor minggu depan.


Pada Rabu (10/04/2019), Departemen Tenaga Kerja diperkirakan akan melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) Maret naik 0,3% secara bulanan dan 1,8% secara tahunan.  Proyeksi ini akan memperkuat inflasi yang lemah dan menjadi penentu keputusan The Federal Reserve, yang telah menaikkan suku bunga sebanyak empat kali tahun lalu.

Angka CPI, yang merupakan proksi untuk inflasi secara keseluruhan dan yang menjadi faktor penyesuaian biaya hidup untuk Jaminan Sosial, naik 1,5% dari awal tahun hingga Februari. Itu merupakan kenaikan terkecil sejak September 2016. Angka acuan dalam menghitung inflasi Fed ini naik 1,8% dari awal tahun hingga januari, di bawah target 2%-nya.

Pejabat The Fed mulai menyinggung realitas ekonomi baru yang telah mengalami perlambatan pertumbuhan dan memiliki sedikit tekanan kenaikan harga. Bahkan saat angka upah naik, peningkatan produktivitas pun turut menaikkan peneluaran perusahaan.

Risalah pertemuan kebijakan Fed bulan Maret, yang akan dirilis pada hari Rabu, akan diperiksa ulang untuk memutuskan apakah Fed perlu tetap "sabar" dalam arah kebijakannya dan untuk melihat pergerakan inflasi.

Indeks harga produsen Maret, sementara itu, dijadwalkan akan dirilis hari Kamis.

2. Pendapat Bos ECB
Baru sebulan sejak Bank Sentral Eropa (ECB) membuat rencana untuk menormalkan kebijakan dan menunda kenaikan suku bunga hingga tahun 2020, namun tanda-tanda baru yang menunjukkan perlambatan ekonomi dan kepanikan investor sudah kembali membuat ECB dikritik.

Rilis data pesanan industri Jerman yang mengecewakan minggu ini membuat imbal hasil Bund Jerman kembali ke wilayah negatif. Bahkan, meskipun kesepakatan dagang AS-China sudah semakin jelas, Eropa masih terjerat di masa-masa sulit.

Tidak ada perubahan kebijakan yang diperkirakan akan dibuat pada pertemuan ECB hari Rabu, terutama karena beberapa anggota dewannya akan mengunjungi Washington untuk pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF).


Banyaknya sentimen negatif yang menghantui eropa, mulai dari langkah mengubah suku bunga untuk mengurangi tekanan pada bank, kekhawatiran resesi global, Brexit, dan rasa panik yang telah mendorong imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman kembali di bawah nol persen.

Hal itu membuat banyak pihak beranggapan pidato pimpinan ECB Mario Draghi pada konferensi pers mungkin terbukti benar.

Investor juga akan mengawasi rincian lebih lanjut tentang pinjaman murah yang dikenal sebagai operasi pembiayaan jangka panjang yang ditargetkan (TLTRO) dan apa yang akan dilakukan ECB untuk memberi insentif kepada bank untuk menghapuskannya.

3. China
Pemulihan tak terduga dalam survei aktivitas pabrik China menawarkan secercah harapan kepada para investor bahwa stimulus yang disuntikkan di salah satu mesin pertumbuhan utama dunia dapat membuahkan hasil.

Data perdagangan yang dirilis Jumat bisa menjadi petunjuk bagi investor untuk mendapatkan kembali kepercayaan bahwa perlambatan ekonomi telah reda.


Namun, pemulihan tetap lemah dan analis percaya ekonomi global masih sangat tergantung pada hasil negosiasi dagang kedua negara.

Pelaku pasar dibuat melambung saat Presiden AS Donald Trump, Kamis, mengumumkan kedua negara bisa melahirkan kesepakatan dagang dalam waktu empat minggu. Presiden China Xi Jinping juga dilaporkan, mengatakan kemajuan dagang sedang dibuat.

Meski begitu, Trump juga ragu kesepakatan dengan China bisa tercapai.

Banyak yang percaya bahwa ekonomi China mungkin masih membutuhkan lebih banyak stimulus. Melihat pola keputusan masa lalu yang diambil oleh People's Bank of China, keputusan untuk memotong persyaratan cadangan bank dapat diumumkan pada pertengahan April, kata para ekonom.

4. Brexit yang malang
Setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta Dewan Eropa untuk menunda Brexit hingga 30 Juni, fokus pasar sekarang bergeser ke pertemuan minggu depan. Dalam pertemuan itu, para pemimpin Uni Eropa akan membahas proposal untuk menawarkan kepada Inggris perpanjangan Brexit yang fleksibel hingga satu tahun.

Setelah parlemen Inggris gagal menyetujui perjanjian Brexit, May memulai pembicaraan minggu ini dengan pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn dengan harapan dapat memecahkan kebuntuan Brexit. Sayangnya, pasar tidak terlalu bersemangat tentang hal itu.


Meski pound telah melemah tajam dalam sebulan terakhir akibat ketidakjelasan Brexit, namun permintaan untuk mata uang Inggris di pasar derivative, yang telah pulih dari level terendah dua setengah tahun pada bulan lalu, masih jauh di bawah level yang terlihat awal tahun ini. Hal ini menunjukkan keseluruhan sentimen tetap bearish.

Berbagai langkah volatilitas yang tersirat juga menunjukkan kehati-hatian saat pound tercatat menguat, meski tetap lebih lemah dibandingkan dengan euro dan yen Jepang di pekan lalu.

5. 'Musim Semi'
Musim semi adalah waktu dalam setahun ketika para gubernur bank sentral, menteri keuangan, pembuat kebijakan dan investor dari seluruh dunia berkumpul di Washington untuk mengadakan pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (WB).

Akan ada pertemuan antara gubernur bank sentral dan menteri keuangan Kelompok 20 (G-20) di sela-sela pertemuan itu.

Akan ada banyak sekali topik yang dibahas dalam pertemuan itu, mulai dari perlambatan ekonomi global, perang dagang, dan ketidakpastian politik lainnya seperti Brexit.


Secara khusus, pimpinan IMF Christine Lagarde menyoroti ekonomi saat ini. Ia menyebut prospek pertumbuhan "sulit" dan rendahnya suku bunga selama dekade terakhir membuat banyak negara akan kesulitan menghadapi perlambatan ekonomi lebih lanjut kedepannya.

(hps/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2G4q6yf

April 07, 2019 at 03:31AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Benarkah Panik Reda? 5 Hal Ini Bisa Jadi Hantu di Pasar Saham"

Post a Comment

Powered by Blogger.