Pada perdagangan hari Jumat (5/7/2019) pukul 09:00 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman September melemah 0,19% ke level US$ 63,18/barel. Adapun harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) kontrak pengiriman Agustus terkoreksi 0,78% menjadi US$ 56,89/barel.
Kemarin (4/7/2019) Brent ditutup amblas hingga 0,81%. Sementara bursa perdagangan WTI yang berada di AS tutup karena hari libur kemerdekaan.
Data inventori minyak mentah di Negeri Paman Sam untuk minggu yang berakhir pada 28 Juni dibacakan turun sebesar 1,1 juta barel oleh Energy Information Administration (EIA), Rabu (3/7/2019).
Meskipun memang berkurang, namun data tersebut menjadi faktor yang membebani harga minyak. Sebab, sebelumnya konsensus analis memperkirakan inventori minyak mentah AS akan berkurang hingga 3 juta barel.
Berdasarkan data EIA, penurunan stok yang tidak seberapa tersebut diakibatkan oleh aktivitas kilang-kilang minyak yang lesu. Bahkan pada periode tersebut, kilang di AS memproses minyak mentah 2% lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
Padahal ini sudah mulai masuk musim panas, yang mana biasanya menjadi puncak konsumsi bensin.
Sebagai informasi, pada saat musim panas masyarakat AS sangat gemar bepergian menggunakan mobil karena liburan yang panjang. Musim panas juga biasa dikenal dengan musim mengemudi (driving season).
Data tersebut menjadi salah satu sinyal bahwa proyeksi permintaan minyak yang sebelumnya digunakan investor sebagai acuan sudah tidak relevan. Boleh jadi ternyata keseimbangan fundamental masih berat di sisi pasokan. Terlebih AS merupakan negara dengan tingkat konsumsi minyak mentah tertinggi di dunia.
"Pasar minyak AS masih kelebihan pasokan," ujar Edward Moya, analis senior OANDA, dikutip dari Reuters.
Alhasil aksi jual kontrak pembelian minyak pun banyak dilepas untuk menghindari kerugian yang lebih besar di kemudian hari.
Selain itu aktivitas ekonomi di Zona Euro yang semakin lesu juga turut membebani harga si emas hitam.
Angka penjualan barang-barang ritel di Zona Euro pada bulan Mei dibacakan tumbuh hanya sebesar 1,3% secara tahunan (year-on-year/YoY). Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah ketimbang ekspektasi konsensus yang sebesar 1,6% YoY, dikutip dari Trading Economics. Bahkan itu juga merupakan pertumbuhan yang paling kecil dalam empat bulan terakhir.
Penjualan ritel dapat menjadi salah satu indikator gairah ekonomi. Kala penjualan ritel lesu, artinya kondisi ekonomi di tingkat konsumen juga sedang tidak bagus.
Sejauh ini konsumsi masih menyumbang porsi yang besar dalam perekonomian di sejumlah wilayah, termasuk Zona Euro. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi di Zona Euro masih akan terus melambat.
Sayangnya, pertumbuhan ekonomi seringkali bergerak searah dengan pertumbuhan permintaan energi, termasuk minyak. Kala ekonomi melambat, pertumbuhan permintaan minyak juga ikut berkurang.
Saat produksi minyak masih tetap sama tapi permintaan berkurang, keseimbangan fundamental bisa semakin timpang.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/tas)
https://ift.tt/2L0voi0
July 05, 2019 at 04:27PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Stok AS Masih Mubazir, Harga Minyak Dunia Terus Merana"
Post a Comment