Indeks Nikkei naik 0,01%, indeks Straits Times juga naik 0,14%, dan indeks Kospi menguat 0,11%. Sementara itu indeks Shanghai dibuka melemah tipis 0,02% dan indeks Hang Seng dibuka turun 0,04%.
Tapi pada perdagangan pukul 09.20 WIB, bursa Asia kompak amblas. Nikkei melemah 0,02%, Shanghai minus 0,24%, Straits Times minus 0,18% dan Hang Seng terkoreksi 0,06%.
Mesranya hubungan antara AS dengan China membuat aksi beli dilakukan oleh pelaku pasar saham Asia saat pasar dibuka sebelum akhirnya pasar terjerembab dalam waktu singkat.
Seperti yang diketahui, setelah berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir pekan kemarin, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.
Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."
Perkembangan terbaru, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebut bahwa perwakilan kedua negara sedang mengorganisir rencana untuk menggelar dialog antar delegasi AS dan China pada pekan depan.
"Dialog (dengan China) akan berlanjut pada pekan depan," kata Kudlow, dilansir dari Reuters.
Seorang pejabat dari Kantor Perwakilan Dagang AS kemudian menyebut bahwa dialog yang sedang diorganisir adalah dialog yang melibatkan pejabat tingkat tinggi dari kedua negara, yang rencananya akan dilakukan melalui sambungan telepon.
Sebagai informasi, pejabat tingkat tinggi dalam hal perdagangan dari sisi AS adalah Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Dari pihak China, pejabat tingkat tinggi yang dimaksud adalah Wakil Perdana Menteri Liu He.
Sayang, di sisi lain kinerja bursa saham regional dibebani oleh rilis data ekonomi China yang mengecewakan.
Belum lama ini, Services PMI China periode Juni 2019 versi Caixin diumumkan di level 52, lebih rendah ketimbang konsensus yang sebesar 52,6, seperti dilansir dari Trading Economics. Capaian pada bulan Juni juga lebih rendah ketimbang bulan Mei yang sebesar 52,7.
Kemudian, Composite PMI China periode Juni 2019 versi Caixin diumumkan di level 50,6, lebih rendah ketimbang capaian bulan Mei yang sebesar 51,5, seperti dilansir dari Trading Economics.
Berbicara mengenai aktivitas manufaktur di Negeri Panda, hasilnya lebih parah lagi. Dalam enam bulan pertama tahun 2019, tercatat aktivitas manufaktur membukukan kontraksi sebanyak empat kali yakni pada bulan Januari, Februari, Mei, dan Juni.
Hal ini terlihat dari angka Manufacturing PMI versi resmi pemerintahnya pada bulan-bulan tersebut yang berada di bawah 50, menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Perang dagang dengan AS terbukti sudah sangat menyakiti perekonomian China.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank)
https://ift.tt/2JdWTT8
July 05, 2019 at 04:22PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dibuka di Zona Hijau, Bursa Saham Asia Kompak Amblas"
Post a Comment