Search

Tiket Tujuan Domestik Mahal, Wisata ke Luar Negeri Moncer

Jakarta, CNBC Indonesia - Minat masyarakat Indonesia untuk berwisata ke luar negeri semakin membuncah seiring kenaikan harga tiket pesawat rute domestik. Fenomena tersebut terindikasi dari nilai surplus negara pembayaran sektor jasa perjalanan yang semakin tergerus.

Pada kuartal I-2019, surplus jasa perjalanan hanya sebesar US$ 1,36 miliar, yang mana turun 9,93% dibanding kuartal I-2018 yang mencapai US$ 1,51 miliar.

Sebagai informasi, neraca jasa perjalanan yang dihitung oleh Bank Indonesia tersebut merupakan selisih antara transaksi barang dan jasa yang dilakukan oleh wisatawan asing di Indonesia dengan transaksi yang dilakukan oleh wisatawan Indonesia di luar negeri.


Berkurangnya surplus jasa perjalanan merupakan satu pertanda bahwa pertumbuhan jumlah wisatawan Indonesia yang berlibur ke luar negeri semakin meningkat.

Benar saja, sepanjang kuartal I-2019, nilai transaksi barang dan jasa orang Indonesia yang berliibur di luar negeri mencapai US$ 2,03 miliar, naik 10% dari tahun sebelumnya yang hanya US$ 1,85 miliar. Bahkan angka peningkatan tersebut merupakan yang paling tinggi setidaknya sejak 2015.

Tanda-tanda lain adalah penurunan jumlah penumpang pesawat rute domestik yang diikuti peningkatan jumlah penumpang rute Internasional.

Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penumpang angkutan udara domestik pada kuartal I-2019 mencapai 18,3 juta orang atau turun 17,66% dibanding kuartal I-2018 yang mencapai 22,2 juta orang. Pada periode yang sama, jumlah penumpang angkutan udara ke luar negeri (baik menggunakan maskapai nasional maupun asing) meningkat 4,9% (207.700 orang) menjadi 4,4 juta orang.

Padahal pada periode tersebut, jumlah kunjungan wisatawan asing/mancanegara yang masuk melalui pintu udara turun 1,09%. Artinya, peningkatan jumlah penerbangan ke luar negeri kemungkinan besar berasal dari wisatawan asal Indonesia.


Sumber: Badan Pusat Statistik
Dampaknya, aktivitas industri pariwisata dalam negeri menjadi lesu, yang dapat dilihat dari penurunan rata-rata bulanan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dari 55,07% di kuartal I-2018, menjadi tinggal 52,26% pada kuartal I-2019.

Melihat data-data tersebut menjadi wajar apabila surplus jasa perjalanan menjadi berkurang dan membuat defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) semakin lebar.

Kini, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dikabarkan tengah berencana menetapkan Tarif Batas Atas (TBA) baru yang lebih rendah 15% dari sebelumnya. Harapannya, dengan adanya penurunan tersebut dapat membuat harga tiket pesawat menjadi lebih terjangkau.

Namun berdasarkan pengamatan CNBC Indonesia, rata-rata maskapai saat ini memasang tarif mendekati TBA. Rentang prosentase bervariasi mulai 65-100% dari TBA. Dengan adanya penurunan TBA sebesar 15% (bila jadi), maskapai masih memiliki peluang untuk ramai-ramai memasang tarif 100% TBA. Efektifitas penurunan TBA masih jadi pertanyaan besar.

Sebagai informasi, setidaknya sudah sejak awal tahun 2019 harga tiket pesawat mengalami kenaikan, terutama rute-rute domestik.

Berdasarkan penelusuran melalui situs Traveloka hari Jumat (10/5/2019), harga tiket pesawat rute Jakarta-Bali keberangkatan Senin, 13 Mei 2019 paling murah mencapai Rp 996.200.

Jauh lebih mahal dibanding harga tiket paling murah untuk rute Jakarta-Singapura yang mencapai Rp 550.000 untuk jadwal keberangkatan hari yang sama.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/taa)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2Ylkeaa

May 10, 2019 at 11:44PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Tiket Tujuan Domestik Mahal, Wisata ke Luar Negeri Moncer"

Post a Comment

Powered by Blogger.