
Pada Kamis (9/5/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.310. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual mengatakan pelemahan rupiah pada perdagangan hari ini lebih didominasi sentimen dari global. Salah satunya, pasar masih menunggu hasil negosiasi perang dagang AS-China yang akan diputuskan Jumat besok.
"Rupiah, tendensinya masih melemah ya. Masih di kisaran Rp 14.275/US$ - Rp 14.310/US$," ujarnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Adapun dari faktor domestik, ia menilai katalis penggerak rupiah pada hari ini tidak terlalu signifikan tapi masih mempengaruhi, yakni cadangan devisa yang menipis.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2019 tercatat sebesar US$ 124,3 miliar. Angka tersebut turun US$ 200 juta dari posisi bulan Maret 2019 yang tercatat US$ 124,5 miliar.
"Domestik enggak terlalu lah ya. Global isunya masih jelang deadline perang dagang besok dan kita mungkin akan tahu hasinya pada Jumat malam atau Sabtu pagi," jelasnya.
Dengan proyeksi pelemahan ini, katanya, artinya Bank Indonesia masih harus ekstra menerapkan strategi demi menjaga nilai tukar rupiah agar tidak bergerak semakin liar dari fundamentalnya.
Artinya BI harus melanjutkan perjuangan intervensi di pasar yang telah dilakukan sejak beberapa waktu lalu. BI sudah melakukan intervensi di tiga titik sekaligus, mulai dari pasar spot, pasar Domestic Non-Delivery Forward (DNDF) hingga pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Berikut kurs dolar AS di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) pada pukul 08:45 WIB:
Periode | Kurs |
1 Pekan | Rp 14.373 |
1 Bulan | Rp 14.453 |
2 Bulan | Rp 14.528 |
3 Bulan | Rp 14.603 |
6 Bulan | Rp 14.803 |
9 Bulan | Rp 14.993 |
1 Tahun | Rp 15.193 |
2 Tahun | Rp 15.967,1 |
(tas)
http://bit.ly/2YfVQqc
May 09, 2019 at 04:28PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Diramal Masih Melemah, Perjuangan BI Belum Usai"
Post a Comment