Search

Di Level Terendah 4 Bulan, Pound Diprediksi Bisa Lemah Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Poundsterling kembali jeblok diperdagangkan Rabu (22/5/19) hingga menyentuh level terendah empat bulan, bahkan lebih dalam tepatnya terendah sejak 4 Januari lalu. Pada pukul 17:20 WIB pound diperdagangkan di kisaran US$ 1,2671 atau melemah 0,26%, mengutip data Refinitiv.

Potensi terjadinya Hard Brexit menjadi penekan utama poundsterling. Perdana Menteri Theresa May yang berpidato pada Selasa (22/5/19) kemarin sempat membuat pound menguat setelah May memberikan detail proposal yang akan di-voting parlemen awal Juni nanti.

Namun tidak ada hal yang baru dalam proposal tersebut, hanya ada tambahan referendum kedua. Pasar pun kembali melihat proposal PM May kali ini akan kembali kandas di parlemen. Theresa May bahkan diperkirakan akan lengser dari jabatannya sebagai perdana menteri.


Salah satu kandidat kuat yang akan menggantikan May adalah Boris Johnson, mantan menteri luar negeri Inggris yang anti Uni Eropa, dan juga menentang hubungan May dengan Partai Buruh. Tokoh yang satu ini juga akan membuat pasar cemas, sikapnya yang anti Uni Eropa kemungkinan akan membawa Inggris keluar tanpa kesepakatan alias no-deal atau Hard Brexit.

Melihat dinamika yang berkembang tersebut, Bank JP Morgan memprediksi Boris Johnson akan menjadi Perdana Menteri Inggris pada September nanti, dan peluang terjadinya hard Brexit semakin besar, mengutip CNBC International.

Poundsterling sepertinya sulit untuk bangkit melihat kemungkinan terjadinya Hard Brexit, beberapa analis bahkan memprediksi mata uang Inggris ini masih akan jeblok lagi.

"Saat deadline Brexit semakin dekat, kami pikir para investor akan menambah posisi short (jual) sterling, dan akan menambah tekanan turun baru bagi mata uang Inggris" kata Jonas Goldtermann dari Capital Economics, mengutip poundsterlinglive.com. Senada dengan analis tersebut, Lee Hardman dari bank MUFG di London juga melihat masih ada ruang poundsterling melemah di musim panas (Juni - Agustus).

Goltermann memprediksi seandainya terjadi no-deal Brexit, poundsterling akan jeblok ke level US$ 1,15 di akhir tahun ini. Namun sebaliknya jika Brexit akhirnya berjalan mulus di akhir Oktober, pound diprediksi berada di kisaran US$ 1,25 di akhir 2019.


Kuatnya tekanan dari isu Brexit bahkan membuat poundsterling mengabaikan data inflasi Inggris bulan April yang naik menjadi 2,1% dari bulan sebelumnya 1,9%.

Meski masih lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebesar 2,2%, namun kenaikan inflasi tersebut sudah melebihi target Bank of England (BoE) sebesar 2,0%. Hal ini tentunya memberikan tekanan bagi BoE untuk meredam laju inflasi, salah satu upayanya dengan menaikkan suku bunga.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/prm)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/30Bf8bJ

May 23, 2019 at 01:34AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Di Level Terendah 4 Bulan, Pound Diprediksi Bisa Lemah Lagi"

Post a Comment

Powered by Blogger.