
Adapun terdapat empat perusahaan divisi beras yang dinyatakan pailit, yakni PT Dunia Pangan (DP) bersama dengan tiga anak usahanya PT Jatisari Srirejeki (JSR), PT Indo Beras Unggul (IBU) dan PT Sukses Abadi Inti Karya (SAKTI).
Sebenarnya bagaimana perjalanan bisnis divisi beras milik TPS Food sebelumnya akhirnya diputuskan pailit?
TPS Food awalnya berdiri sebagai perusahaan yang memproduksi bihun kering dan mie kering. Kemudian pada tahun 2010, perusahaan memutuskan untuk memperluas bisninya dengan mengakuisi PT Dunia Pangan yang bergerak di bidang perdagangan beras.
Pada akhir tahun yang sama, TPS Food juga mengakuisisi JSR, perusahaan penggilingan beras modern pertama di Indonesia.
Ekspansi berlanjut di tahun 2011 dengan mengambil alih PT Indo Beras Unggul, disusul PT Sukses Abadi Inti Karya pada tahun 2012, terakhir PT Tani Unggul Usaha (TUU) dan PT Swasembada Tana Selebes (STS) pada tahun 2014.
Pada tanggal 25 Januari 2016, DP, SAKTI, IBU, dan JSR memperoleh fasilitas pinjaman sindikasi bank dari Rabobank Internasional sebesar Rp 1,28 triliun yang jatuh tempo pada 25 Januari 2017. Jaminan atas fasilitas pinjaman tersebut adalah piutang usaha dan persediaan yang dimiliki anak usaha bersangkutan.
Akan tetapi, hingga laporan keuangan 2017 dipublikasikan, empat anak usaha TPS Food belum membayar utang kepada Rabobank Internasional. Selain itu, masih terdapat pos utang lain yang juga belum dibayarkan.
Lebih lanjut, divisi beras TpS mulai terjangkit masalah ketika IBU, anak usaha DP, terbukti mengoplos beras hasil produksinya. Kasus ini menimbulkan sengketa pada internal perusahaan yang akhirnya menyebabkan perombakan manajemen perusahaan.
Manajemen baru ini, kemudian meminta PT Ernst & Young Indonesia (EY) melakukan investigasi atas LK 2017, dimana ditemukan adanya dugaan penggelembungan dana pada akun piutang usaha, persediaan, dan aset tetap Grup AISA.
Jika diperhatikan, pos neraca yang disebut terdapat penggelembungan dana adalah akun-akun yang digunakan sebagai jaminan atas fasilitas pinjaman Grup AISA.
Pengelembungan Laporan Keuangan & Kisruh di Tubuh TPS Food
[Gambas:Video CNBC]
Apabila ternyata angka yang tercantum jauh lebih besar dibanding nilai yang sesungguhnya dimiliki perusahaan, tentu kemampuan perusahaan membayar utang termasuk tingkat likuiditas grup dipertanyakan.
Lebih lanjut, EY juga menemukan terdapat aliran dana Rp 1,78 triliun melalui berbagai skema dari Grup AISA kepada pihak-pihak yang diduga terafiliasi dengan manajemen lama. Aliran dana tersebut salah satunya digunakan untuk penambahan piutang dan pengurangan utang pada entitas anak di divisi beras.
Selisih pencatatan dan kejanggalan pada kinerja Grup AISA terutama pada divisi beras tersebut yang besar kemungkinan memicu keputusan pailit kepada 4 anak usaha divisi beras.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
http://bit.ly/2H7j6B6
May 07, 2019 at 11:53PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita Bisnis Beras TPS Food, Kredit dari Rabobank dan Pailit"
Post a Comment