
Data laporan keuangan menunjukkan, pendapatan ABMM turun 21% menjadi US$ 144,90 juta atau setara dengan Rp 2,05 triliun (asumsi kurs Rp 14.200/US$) dari kuartal I-2018 sebesar US$ 184,56 juta.
Pendapatan terbesar diperoleh
dari bisnis kontraktor tambang dan tambang batu bara yang mencapai US$ 100,11 juta, juga turun dari sebelumnya US$ 133,38 juta.Sementara, pendapatan dari bisnis lain justru naik yakni jasa logistik dan sewa kapal naik menjadi US$ 26,53 juta, divisi site service dan repabrikasi naik menjadi US$ 10,71 juta.
Hanya saja, ABMM tak lagi mendapat pendapatan dari jasa sewa mesin pembangkit tenaga listrik yang sempat diperoleh pada periode yang sama tahun lalu yakni US$ 13,41 juta.
Padahal, perusahaan juga mencatatkan penurunan b
eban pokok menjadi US$ 122,75 juta dari sebelumnya US$ 141,96 juta. Beban penjualan dan umum juga berkurang menjadi US$ 12,64 juta dari US$ 14,71 juta.Namun penurunan pendapatan terutama di bisnis tambang batu bara membuat perseroan akhirnya mencetak rugi bersih
US$ 199.756 atau sekitar Rp 2,84 miliar dari sebelumnya yang masih untung US$ 6,91 juta.Perseroan masih bisa mencatatkan laba usaha sebesar US$ 11,74 juta, meski turun dari sebelumnya US$ 25,45 juta.
Dari sisi neraca, kas perusahaan berkurang menjadi US$ 78,46 juta dari kas tahun lalu sebesar US$ 144,05 juta, memicu aset perusahaan berkurang menjadi US$ 818,65 juta dari aset akhir Desember 2018 sebesar US$ 851,95 juta.
Data Tim Riset CNBC Indonesia mencatat, harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Mei tak bergerak di posisi US$ 87,2/metrik ton pada perdagangan Kamis (2/5/2019) kemarin.
Kondisi pasar yang masih sepi sentimen membuat pergerakan batu bara kian terbatas. Namun tetap pada posisi yang masih rendah. Sejak awal tahun 2019, harga batu bara sudah melemah hingga 14,55%.
Kamis kemarin, 2 Mei, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)
ABM Investama menyetujui pembagian dividen sebesar Rp 100 miliar atau setara dengan Rp 36,32/saham dari laba bersih yang dicapai tahun lalu kepada para pemegang saham.Tahun lalu, ABMM mencetak laba bersih yang cukup fantastis sebesar US$ 65,49 juta atau setara dengan Rp 930 miliar atau meroket 1.075% dari perolehan di tahun sebelumnya US$ 5,57 juta. Dengan demikian, besaran dividen tersebut sekitar 11% dari laba bersih 2018.
Data BEI mencatat, saham ABMM masih stagnan di level Rp 2.040/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 5,62 triliun.
http://bit.ly/2VcJ6DR
May 03, 2019 at 09:59PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "ABM Investama Rugi Rp 2,8 M di Q1-2019, Gara-gara Batu Bara"
Post a Comment