Search

Sengkarut Tiga Pilar Sejahtera, Angkara Murka Dua Sepupu

Jakarta, CNBC Indonesia - Perseteruan antar pihak dalam tubuh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) semakin hari kian rumit. Konflik antara manajemen lama yang dikomandoi Joko Mogoginta dengan manajemen baru yang dikomandoi Hengky Koestanto tak sekedar temuan penyimpangan dalam laporan keuangan 2017.

CNBC Indonesia mencoba menelusuri akan masalah dari pertikain antar kedua kubu yang sebenarnya masih punya hubungan keluarga.

Sumber CNBC Indonesia menyebutkan, Joko dan Hengky sama-sama cucu dari Tan Pia Sioe pengusaha makanan dari Jawa Tengah. Kedua ayam mereka adalah anak dari Tan Pia Sioe, artinya keduanya adalah saudara sepupu.


Tan Pia Sioe merupakan generasi pertama yang memasarkan produk bihun dengan brand cap Cangak Ular sejak 1959.

Perusahaan produsen Taro ini awalnya didirikan oleh Joko bersama dengan Budhi Istanto dan Priyo Hadisusanto, ayahanda dari Hengky pada 1992. Awalnya perusahaan ini hanya memproduksi bihun kering dan mie kering.

Tiga tampuk pimpinan TPS Food ini berhasil mengembangkan perusahaan hingga bisa menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2003.

Listing ini dilakukan dengan proses backdoor listing, yaitu dengan mengakuisisi PT Asia Inti Selera dan melakukan Penawaran Umum Terbatas I dengan kode perdagangan saham AISA.

Saat itu Hengky tidak berada dalam susunan organisasi TPS Food hingga Priyo Hadisusanto meninggal dunia pada Desember 2014. Ditinggal oleh pendirinya, Hengky pun diangkat menjadi komisaris di perusahaan menggantikan Priyo.

"Memang habis Pak Priyo meninggal, baru Pak Hengky masuk jadi komisaris," kata sumber tersebut kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/4).

Perseteruan mulai terjadi saat proses persetujuan laporan tahunan dan laporan keuangan untuk tahun buku 2017 yang tak diterima oleh Hengky selaku komisaris. Hengky mempertanyakan kondisi keuangan dan transkasi yang dilakukan perusahaan dengan beberapa perusahaan yang pihak ketiga.

Sengkarut AISA, Angkara Murka Dua SepupuFoto: CNBC Indonesia/Monica Wareza

Karena penjelasan tak kunjung didapat, beberapa komisaris menolak untuk menyetujui laporan tersebut. Bahkan, salah satu komisaris yang sudah memberikan persetujuan kembali menarik persetujuannya.

Kondisi ini berlanjut hingga terjadinya pergantian manajemen lama menjadi direksi dan komisaris yang memimpin saat ini.

Kedua sepupu ini malah sekarang saling serang lapor melapor ke kepolisian. Padahal kedua belah pihak menyadari bahwa jalan tengah yang perlu dan bisa diambil keduanya adalah musyawarah dan rekonsiliasi.

Kubu Hengky akhirnya meminta jasa PT Ernst & Young Indonesia (EY) untuk melakukan investigasi berbasis fakta atas laporan keuangan 2017. Permintaan tersebut merupakan hasil keputusan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan pada Oktober 2018.

Hasilnya, laporan hasil investigasi dari EY kemudian disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam laporan tersebut disebutkan terjadi penggelembungan atau overstatement senilai Rp 4 triliun dan beberapa penyimpangan dana lainnya.

Akhirnya laporan EY tersebut menjadi ramai diperbincangkan publik. Joko Mogoginta pun meradang, karena merasa dituduh melakukan tindakan yang tidak sesuai ketentuan.

Tak terima laporan EY menjadi konsumsi publik, Joko Mogoginta melaporkan sejumlah pihak kepada Kepolisian Daerah Metro Jaya karena membocorkan dokumen hasil investigasi tersebut.

Alhasil, sekarang saling lempar pernyataan dan perang wacana tampil ke permukaan. Bagaimana perkembangan babak selanjutnya dari "drama keluarga" ini, mari kita simak bersama. 

Cerita AISA yang Tak Berujung
[Gambas:Video CNBC] (hps/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2KkLBio

April 09, 2019 at 10:45PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Sengkarut Tiga Pilar Sejahtera, Angkara Murka Dua Sepupu"

Post a Comment

Powered by Blogger.