Namun, dikarenakan ekspektasi naiknya permintaan minyak dan proyeksi pasokan yang semakin menipis karena sanksi AS ke Venezuela serta aksi militer yang sedang terjadi di Libia.
Sentimen tersebut mampu mendongkrak harga minyak jenis Brent ke level US$ 70,34 dimana merupakan capaian tertinggi sejak 8 November 2018. Dalam sepekan minyak jenis Brent naik hingga 2,85% dari sebelumnya US$ 68,39/barel pada Jumat pekan lalu (29/03/2019).
Kenaikan harga minyak jenis Light Sweet bahkan lebih dahsyat yaitu sebesar 4,89% menjadi US$ 63,08/barel yang juga merupakan rekor tertingginya dalam 5 bulan belakangan.
Sebagai informasi minyak jenis Brent merupakan acuan untuk perdagangan di Eropa, sedangkan minyak jenis Light Sweet adalah acuan untuk pasar Amerika Serikat (AS)
Pada penutupan perdagangan Jumat (5/4/2019) harga minyak kembali ditutup menguat karena rilis data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam yang fantastis meredakan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dunia.
Pada hari Jumat Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan bahwa pada bulan Maret perekonomian AS mampu menyerap 196.000 tenaga kerja, naik signifikan dari capaian Februari yang hanya 33.000 tenaga kerja, dilansir Forex Factory.
Analis Komoditas Josh Graves dari RJO Futures menuturkan rilis data tenaga kerja AS akan mampu menahan harga minyak di atas level US$ 60/barel, dilansir Reuters.
"Data ini akan cukup untuk membuat kita (harga minyak dunia) pada posisi di atas US$ 60/barel, setidaknya selama beberapa minggu," ujarnya di Chicago.
Lebih lanjut, optimisme bahwa Washington dan Beijing akan segera mencapai kesepakatan dagang juga mendongkrak kenaikan harga minyak. (dwa/hps)
http://bit.ly/2UpDtSx
April 07, 2019 at 02:38AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pekan Ini Harga Minyak Dunia Bukan Lari, Tapi Sprint!"
Post a Comment