Search

Konsolidasi Telco, Indosat dan XL Lebih Menggoda Dicaplok Tri?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana suntikan dana Rp 47 triliun kepada PT Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia) oleh dua pemegang saham yakni Hutchison Asia Telecom dan PT Tiga Telekomunikasi kian membuka peluang konsolidasi perusahaan telekomunikasi di Tanah Air.

Riset PT Kresna Sekuritas per 26 April lalu menyebutkan bahwa jika terjadi konsolidasi operator telekomunikasi atau terjadi merger dan akuisisi, maka perusahaan telekomunikasi yang paling menarik bagi Tri Indonesia ialah PT Indosat Tbk (ISAT) yang mengelola Indosat Ooredoo, dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan bendera XL.

"Menurut pendapat kami, ISAT dan EXCL lebih menarik bagi Tri Indonesia. ISAT memiliki bandwidth 110 MHz [megaherz] dan dimiliki oleh pemerintah, lebih sedikit risiko politik, sementara EXCL memiliki bandwidth 90MHz dan jaringan yang lebih baik," tulis riset analis Kresna, Etta Rusdiana Putra.

Konsolidasi Telco: Indosat & XL Lebih Menarik Bagi Tri?Foto: Tri.co.id

Indosat dan XL diperdagangkan pada valuasi menarik 4,7 kali dan 5,6 kali EV/EBITDA, sementara PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) rasionya berada di 60,5 kali (rasio EV/EBITDA industri telco 7,4x, mengacu data Bloomberg dikutip Kresna).

EV adalah Enterprise Value atau nilai perusahaan, sementara EBITDA adalah

Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Amortisation atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi.

Dalam rasio ini, jika EV dibagi EBITDA maka menghasilkan rasio yang mencerminkan seberapa murah atau mahal perusahaan. Semakin kecil rasio, kian murah sebuah perusahaan. EV diperoleh dari kapitalisasi pasar ditambah utang dan dikurangi kas perusahaan.

Tri Lawan Telkom
Kresna menilai, ada peluang konfrontasi satu lawan satu antara PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang memiliki Telkomsel dan Tri jika memang terjadi konsolidasi.

"Dengan demikian, dalam pandangan kami, ini akan menjadi konfrontasi head-to-head dari TLKM versus Tri, meskipun sementara masih terlalu dini untuk menyinggung adanya merger atau akuisisi industri," tulis riset tersebut.


Kondolidasi operator seluler sebetulnya sudah menjadi wacana sejak tahun 2015 tapi hingga kini belum juga terealisasi. Kementerian Komunikasi dan Informatika selalu mendorong adanya merger akuisisi di industri telco karena idealnya hanya ada 2-3 operator telco di Tanah Air.

Hingga saat ini, ada lima operator setelah sebelumnya PT Internux (Bolt) menghentikan layanan dan dialihkan ke Smartfren. Tersisa Telkomsel milik Telkom, Indosat Ooredoo, XL, Smartfren, dan Tri.

Krena memandang merger atau akuisisi antar-perusahaan telco memang sedang menunggu definitifnya regulasi frekuensi. Regulasi ini masih menjadi kendala untuk konsolidasi operator telekomunikasi.

"Kami berpendapat bahwa merger akuisisi belum mungkin terjadi karena ketidakpastian dalam regulasi frekuensi. Kami berharap operator dapat mempertahankan hak frekuensinya pascamerger akuisisi. Jika operator mempertahankan hak frekuensinya, itu akan menjadi tantangan besar bagi Telkomsel tetapi merupakan berkah bagi Tri, karena dapat mengikat operator lain."

Sebagai informasi, Undang Undang Nomor 36 Tahun 1999 Telekomunikasi mengamanatkan, frekuensi adalah milik negara.

Dengan demikian, jika satu operator berhenti misalnya karena adanya akuisisi, maka frekuensi tersebut arus dikembalikan ke pemerintah. Itu sebabnya merger akuisisi belum terjadi karena si pembeli mencaplok perusahaan operator tanpa frekuensinya alias kosong.

Kemkominfo tengah menggodok aturan terkait optimalisasi penggunaan frekuensi yang akan mengatur batasan, optimalisasi frekuensi, metode pelaksanaan, dan kewajiban setiap pengguna yang memegang izin pita frekuensi radio. Namun kebijakan ini yang diharapkan mempercepat konsolidasi perusahaan telco ini belum rampung.

Riset Kresna Sekuritas juga menunjukkan dengan suntikan dana Tri maka

akan menjadikan Tri sebagai operator terbesar kedua, berdasarkan ekuitas, setelah Telkom sebesar Rp 106 triliun. 

Bandingkan dengan ekuitas milik XL 
Rp 18,3 triliun, Smartfren Rp 12,4 triliun, dan Indosat Rp 12,1 triliun per akhir tahun 2018.

"Dengan asumsi 2,0 kali DER [debt equity ratio/rasio utang terhadap ekuitas], injeksi ekuitas baru dapat meningkatkan ruang keuangan Tri hingga Rp 141 triliun," tulis riset Kresna.

Simak pernyataan Menteri Kominfo soal kejelasan aturan frekuensi, katanya tahun ini rampung.
[Gambas:Video CNBC]

(hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2GPNUq3

April 29, 2019 at 04:15PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Konsolidasi Telco, Indosat dan XL Lebih Menggoda Dicaplok Tri?"

Post a Comment

Powered by Blogger.