Search

Wall Street Berbalik Hijau, Pasar Saham Bisa tak Jadi Galau

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Indonesia digdaya kemarin. Setelah sehari sebelumnya sempat terkoreksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tanpa sekalipun terseret ke zona merah seperti halnya mayoritas bursa saham Asia dan Eropa.   

IHSG yang menguat 0,57% ditopang oleh sektor infrastruktur, industri dasar, dan properti masing-masing dengan penguatan individu sebesar 1,34%, 1,06%, dan 0,98%, bersama dengan tiga sektor lain.

Tiga indeks sektoral yang terkoreksi adalah tambang, barang konsumsi, dan aneka industri. Sektor pertambangan terutama terbebani koreksi dari saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang terkoreksi beruntun sejak awal pekan karena ada tuduhan penghindaran pajak serta dari turunnya saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Beberapa faktor penyebab utama penguatan pasar saham tentu karena pelaku pasar sudah memiliki modal dan kepercayaan diri dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang esuai prediksi ketika diumumkan pada Senin. Modal lain adalah data cadangan devisa US$ 123,8 miliar yang di atas prediksi pasar serta di atas data bulan Mei.  

Padahal, sentimen negatif yang sedang mengancam pasar saham Indonesia dan negara berkembang adalah riset dari Morgan Stanley yang mulai mengurangi portofolio pasar sahamnya dari sisi alokasi aset dan akan melepas portofolionya di negara berkembang karena akan mengalihkan ke negara maju.

Di tengah penguatannya kemarin, arus dana investor asing tercatat signifikan positif di pasar saham sehingga semakin mempertebal keyakinan terhadap penguatan tersebut yaitu sebesar Rp 735,67 di pasar reguler dan Rp 809,66 miliar di seluruh pasar.  

Di bursa saham, ada tiga macam transaksi, yaitu transaksi di pasar reguler atau pasar biasa, pasar negosiasi, dan pasar tunai.   

Transaksi di pasar reguler merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan mekanisme tawar menawar berkelanjutan dan menjadi fasilitas bertransaksi di mall dengan harga normal dan jumlah transaksi minimal 1 lot.

Dukungan dari masuknya arus dana investasi dari investor asing ternyata tidak hanya terjadi di pasar saham karena investor di pasar surat utang negara (SUN) mereka juga menciptakan senyum. 

Harga SUN kembali menguat tipis di beberapa sektor acuan hingga tutup pasar kemarin, yang juga disertai arus dana investor asing yang kepemilikannya pada SBN sudah di atas level psikologis Rp 1.000 triliun berdasarkan data 8 Juli.   

Yield Obligasi Negara Acuan 9 Jul'19
Seri Jatuh tempo Yield 8 Jul'19 (%) Yield 9 Jul'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 9 Jul'19
FR0077 5 tahun 6.787 6.759 -2.80 6.7216
FR0078 10 tahun 7.248 7.266 1.80 7.2523
FR0068 15 tahun 7.624 7.592 -3.20 7.5972
FR0079 20 tahun 7.747 7.758 1.10 7.7393
Avg movement -0.77
Sumber: Refinitiv  Penguatan pasar saham dan obligasi sayangnya tidak mampu menggondol treble winner harian karena tidak dilengkapi oleh penguatan indikator lain yaitu rupiah. 

Kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sempat memberi harapan dengan menipiskan depresiasi. Tetapi sayang ternyata itu hanya harapan palsu dan rupiah pun berbalik melemah.  

Di akhir hari, rupiah dihargai Rp 14.125 per dollar AS atau turun 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.  

Akan tetapi harapan tinggal harapan. Sampai penutupan pasar rupiah tidak bisa menguat, yang ada malah pelemahannya yang bertambah parah.  

Berlanjut ke halaman 2 >> (irv/irv)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2S74TIs

July 10, 2019 at 02:00PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Wall Street Berbalik Hijau, Pasar Saham Bisa tak Jadi Galau"

Post a Comment

Powered by Blogger.