Pelemahan tidak hanya terjadi pada IHSG, bursa utama Asia juga dalam kondisi melemah. Indeks Shanghai China tergerus 1,92%, indeks Kospi Korea Selatan anjlok 0,53%, indeks Straits Times Singapura amblas 0,78%, dan indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi 1,31%.
Faktor eksternal lebih mendominasi pergerakan bursa Asia. Berembus kabar China akan menjual kepemilikan obligasi pemerintah AS (US Treasury) yang mempunyai tenor pendek.
Mengutip riset Harian Pilarmas Investindo Sekuritas, kepemilikan China atas T-Bond milik AS dalam 12 bulan terakhir telah turun sebesar U$ 67,2 miliar atau setara dengan 5,6%.
Saat ini China masih memegang sekitar 7% atau U$ 1,12 triliun dari total obligasi pemerintah AS tersebut, turun signifikan dari rata-rata sebelumnya pada kisaran 12%.
"Tentu hal ini akan menjadi salah satu senjata yang dimiliki China terhadap perang dagang dengan AS," tulis Pilarmas Investindo Sekuritas, Jumat (17/5/2019).
Lembaga jasa keuangan asal Swiss, UBS juga memproyeksikan apabila pengurangan tersebut dilakukan bertahap, maka berpotensi untuk menaikkan imbal hasil (yied) US Treasury tenor 10 tahun sebanyak 0,4 poin.
Melihat data transaksi berjalan Indonesia baru-baru ini yang defisit (current account deficit/CAD) hingga US$ 6,96 miliar atau setara dengan 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB), maka potensi aliran dana asing keluar atau outflow bisa saja terjadi karena obligasi AS akan terdiskon.
Apalagi jika data ekonomi AS cukup ciamik yang tentunya akan membuat pelaku pasar mengalihkan perhatiannya sejenak ke AS. Kemarin, klaim tunjangan pengangguran di Negeri Paman Sam turun 16.000 menjadi 212.000. Lebih rendah dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan di angka 220.000.
Pembangunan rumah baru (housing starts) bulan April naik 5,7% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 1,23 juta unit. Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan di 1,2 juta unit.
Bagaimana dari sisi analisis teknikal?
Secara teknikal, meskipun beberapa sektor menguat, IHSG cenderung mengarah ke zona merah. Berdasarkan pergerakan grafik secara harian (intraday chart), belum terlihat tanda-tanda akan berbalik arah.
![]() |
IHSG pada penutupan sesi I hari ini cenderung di tutup pada level level terendahnya. Dalam jangka pendek IHSG memang masih dalam kondisi tertekan, posisinya masih bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam 5 hari terakhir (moving average/MA5).
Level penghalang pelemahan (support) yang berpotensi untuk diuji IHSG pada sesi II yakni di level 5.850.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas)http://bit.ly/2Eqj9GD
May 17, 2019 at 09:11PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tekanan Masih Berat, IHSG Bisa Nelangsa di Akhir Pekan"
Post a Comment