
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global masih stabil dengan kecenderungan menguat akibat tidak adanya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Pada perdagangan hari Senin (13/5/2019) pukul 09:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) terkoreksi terbatas 0,06% menjadi US$ 1.286,6/troy ounce, setelah naik 0,17% akhir pekan lalu (10/5/2019).
Jumat (10/5/2019) pekan lalu, pemerintah AS secara resmi telah memberlakukan tarif masuk sebesar 25% untuk berbagai produk China yang senilai US$ 200 miliar.
Menurut Presiden AS, Donald Trump, langkah tersebut diambil karena China menarik beberapa poin kesepakatan yang pernah dibuat pada rangkaian negosiasi sebelumnya.
Mengutip Reuters, China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs.
Memang, belakangan Trump mengatakan bahwa negosiasi dengan China masih akan berlanjut di masa depan.
Namun Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin menyebut bahwa hingga saat ini tidak ada agenda negosiasi dagang dengan China yang dijadwalkan, mengutip Reuters.
Menyikapi langkah AS, reaksi pemerintah China pun mudah ditebak. Dalam sebuah rekaman video, Wakil Perdana Menteri China, Liu He mengatakan bahwa pihaknya tidak punya pilihan selain membalas dengan tindakan serupa.
Artinya China juga akan memberlakukan bea impor baru terhadap produk-produk asal AS.
Dengan begini, kondisi perekonomian global makin tak pasti. Bila skenario perang tarif kembali berkecamuk seperti yang terjadi pada tahun lalu, maka dampaknya pun mirip, atau bahkan lebih parah.
Rantai pasokan global akan melambat dan membuat gairah perekonomian menjadi lesu. Alhasil risiko koreksi nilai aset pun meningkat.
Dalam kesempatan tersebut emas, sebagai safe haven, makin diminati investor karena nilainya yang relatif lebih stabil.
Akan tetapi, dalam kasus ini, harga emas juga terbebani akibat permintaan yang berkurang dari China, mengutip Reuters. Adanya ancaman perlambatan ekonomi yang hebat membuat konsumen-konsumen emas di China cenderung menahan pembelian.
Apalagi hingga kuartal I-2019, pertumbuhan ekonomi China masih sebesar 6,4% YoY, yang merupakan laju paling lambat sejak 1990.
Mengingat China merupakan negara konsumen emas yang terbesar di dunia, maka akan sangat mempengaruhi keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps)
http://bit.ly/30dVwtQ
May 13, 2019 at 04:52PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sentimen Perang Dagang Mulai Surut, Harga Emas Stabil"
Post a Comment