Pasalnya upah riil buruh tani sepanjang pemerintahan Presiden Joko Widodo belum mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan hingga saat ini upah buruh tani belum pernah lebih tinggi ketimbang pertama kali Jokowi menjabat.
Sebagai catatan, upah riil buruh tani adalah perbandingan antara upah nominal dengan indeks konsumsi rumah tangga pedesaan. Selain itu upah juga lebih umum digunakan untuk menggambarkan daya beli pekerja. Ujung-ujungnya bisa mencerminkan kesejahteraan petani.
Melihat data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), kesejahteraan petani tak kunjung membaik dalam empat tahun terakhir.
Pada Oktober 2018, di mana era pemerintahan baru dimulai, upah riil buruh tani masih bisa mencapai Rp 38.955/hari. Setelahnya, upah riil buruh tani terus berada dalam tren penurunan hingga mencapai titik terendahnya yang sebesar Rp 37.064/hari pada bulan Januari 2017.
Pun tren kenaikan upah buruh tani yang berlangsung sejak Februari 2017 hingga Maret 2019 belum bisa membuatnya lebih tinggi dari awal masa jabatan Jokowi. Pada bulan Maret 2019, upah riil buruh tani hanya sebesar Rp 38.561/hari, yang artinya masih lebih rendah 1,01% dibanding Oktober 2014.
Sewajarnya hal ini menjadi masalah yang tidak bisa dianggap enteng karena tenaga kerja pertanian Indonesia sangat besar. Berdasarkan data bulan Agustus 2018, sektor pertanian menyerap 28,79% dari seluruh penduduk yang bekerja di Indonesia.
Nasib yang lebih memilukan terjadi pada buruh bangunan di perkotaan. Upah riil buruh bangunan cenderung terus mengalami penurunan dalam 4 tahun ke belakang.
Berbeda dengan buruh tani, upah riil buruh bangunan merupakan perbandingan upah nominal dengan indeks konsumsi rumah tangga di perkotaan. Data ini dapat mewakilkan kesejahteraan buruh bangunan yang tinggal di perkotaan.
Pada Oktober 2018, upah riil buruh bangunan masih bisa menyentuh angka Rp 67.305/hari. Selanjutnya terus turun hingga mencapai titik terendah sebesar Rp 64.318/hari pada Juli 2018.
Memang, setelah itu upah riil buruh bangunan cenderung meningkat. Akan tetapi peningkatannya masih terbatas. Data terakhir, yaitu Maret 2019 menunjukkan upah riil buruh bangunan masih sebesar Rp 65.237/hari, yang mana lebih rendah 3.07% dibanding Oktober 2014.
Artinya, kesejahteraan buruh bangunan di perkotaan lebih tertekan ketimbang buruh tani di desa.
Padahal, dalam empat tahun ke belakang, pembangunan infrastruktur terus dikebut. Banyak aktivitas pembangunan yang melibatkan tenaga buruh bangunan. Namun kenyataannya hal tersebut tidak membuat mereka lebih sejahtera.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/taa)
http://bit.ly/2GLsIQG
May 01, 2019 at 10:36PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sedih, Upah Buruh Tani dan Bangunan Seakan tak Diperhatikan"
Post a Comment