Search

Moody's: Bisnis Batu Bara Bakal Tertekan! Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan kebijakan dan perekonomian Indonesia dan China akan membebani kinerja perusahaan tambang batu bara di Indonesia.

Analisis tersebut disampaikan oleh lembaga pemeringkat global, Moody's Investors Service pada Rabu (8/5/2019) dalam catatan yang diterima CNBC Indonesia.

"Sektor batu bara termal Indonesia akan terdampak dari ketidakpastian kebijakan termasuk perpanjangan izin pertambangan tertentu dan harga jual batu bara ke sektor utilitas domestik yang dipatok, yang mana kami prediksi akan membebani kualitas kredit dari perusahaan batu bara yang kami nilai," ujar Maisam Hasnain, analis Moody's.


Sebagai informasi, mulai tahun 2019, semua perusahaan tambang batu bara wajib mengalokasikan 25% dari total penjualan untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Sisanya baru boleh dijual ke pasar ekspor. Kebijakan ini dikenal dengan Domestic Market Obligation (DMO).

Langkah yang diambil oleh pemerintah tersebut agaknya membuat perusahaan batu bara kesulitan karena kebutuhan pasar domestik utamanya adalah batu bara kalori rendah.

Alhasil batu bara kalori rendah yang diproduksi perusahaan mau tidak mau akan banyak terserap untuk domestik, ketimbang ekspor.


Apalagi perusahaan-perusahaan yang memiliki produksi batu bara kalori tinggi lebih banyak, hasil produksi kalori rendah mereka akan habis untuk jatah dalam negeri.

Di sisi lain, selama ini pemerintah mematok harga jual batu bara PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar US$ 70/metrik ton. Harga itu relatif lebih rendah dibanding Harga Batu Bara Acuan (HBA). Pada bulan April 2019, HBA dipatok sebesar US$ 88,85/ton.

Selain itu permintaan di China yang masih lemah juga turut membebani permintaan batu bara global, termasuk dari Indonesia.

Pada kuartal I-2019, China mengumumkan pertumbuhan ekonomi yang sebesar 6,4% dan masih merupakan yang terlemah dalam beberapa tahun terakhir.


Kala pertumbuhan ekonomi masih lemah, maka aktivitas industri (yang menjadi penopang perekonomian China) juga lesu. Alhasil permintaan energi yang masih besar berasal dari batu bara juga tak akan tumbuh, atau bahkan terkoreksi.

Maka dari itu Moodys memperkirakan beberapa perusahaan tambang seperti PT ABM Investama Tbk (ABMM) dan Geo Energy Resources Limited akan mengalami penurunan kualitas kredit.

Namun beberapa tambang lain seperti PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum akan dapat mempertahankan kualitas kredit di tengah kondisi yang penuh tantangan.

Selain itu Moodys juga memberi perhatian pada perkembangan energi terbarukan (ramah karbon) yang berpotensi membuat permintaan batu bara akan berkurang dalam jangka panjang.

Permintaan batu bara di kawasan Asia yang masih lemah juga berpotensi menekan kualitas kredit perusahaan tambang batu bara lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Simak ulasan prospek harga batu bara dunia.
[Gambas:Video CNBC]
(taa/tas)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2JoWKwl

May 08, 2019 at 10:42PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Moody's: Bisnis Batu Bara Bakal Tertekan! Ini Alasannya"

Post a Comment

Powered by Blogger.