Search

KRAS Rugi Rp 879 di Q1-2019, UNTR Mau Caplok Tambang Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (30/4/2019) ditutup menguat 0,46% ke level 6.455,35 poin. Penguatan tersebut terjadi tiga hari secara beruntun.

IHSG menguat kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan melemah. Indeks Hang Seng turun 0,65%, Straits Times terkoreksi 0,2%, dan Kospi minus 0,58%.


CNBC Indonesia merangkum peristiwa dan aksi emiten yang layak dicermati pelaku pasar sebelum perdagangan hari ini, Kamis (2/5/2019), dibuka.

1. Kuartal I, Rugi Krakatau Steel Membengkak Jadi Rp 879 M
Emiten BUMN baja, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) masih mengalami rugi bersih sepanjang 3 bulan pertama tahun ini atau kuartal I-2019. Bahkan, ruginya mencapai US$ 62,32 juta atau setara dengan Rp 878,74 miliar (asumsi kurs Rp 14.100/US$).

Laporan keuangan KRAS menunjukkan, jumlah kerugian tersebut malahan membengkak dari periode yang sama tahun 2018 yang masih US$ 4,85 juta atau sekitar Rp 68,45 miliar.

Nilai kerugian per saham perusahaan juga meningkat menjadi US$ 0,0032 dari sebelumnya US$ 0,0003 secara year-on-year (yoy). Sepanjang 3 bulan pertama ini, pendapatan perusahaan yang dipimpin oleh Silmy Karim ini turun menjadi US$ 418,98 juta atau sekitar Rp 5,90 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 486,17 juta atau Rp 6,85 triliun.

2. Laba Telkom 2018 Turun 18,6% Jadi Rp 18 T
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sepanjang tahun lalu masih mengalami penurunan keuntungan. Tercatat secara konsolidasi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat senilai Rp 18,03 triliun, jumlah tersebut turun 18,57% dibanding dengan laba bersih 2017 yang senilai Rp 22,14 triliun.

Berdasarkan laporan keuangannya, tahun lalu pendapatan perusahaan tercatat naik menjadi Rp 130,78 triliun. Tumbuh 1,97% dari pendapatan sepanjang 2019 yang senilai Rp 128,25 triliun.

Direktur Utama Telkom Alex J. Sinaga menjelaskan kontribusi pendapatan terbesar disumbangkan dari bisnis digital yang meliputi konektivitas broadband dan layanan digital sebesar 62%, naik dari 52,1% di tahun sebelumnya.

3. Laba Q1-2019 Pemilik ANTV Anjlok 82%
PT Intermedia Capital Tbk (MDIA), pemilik stasiun televisi ANTV dan juga anak usaha PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), melaporkan kinerja keuangan kuartal I-2019 yang kurang memuaskan.

Laba bersih perseroan tercatat anjlok hingga 82,08% menjadi Rp 17,85 miliar pada periode tersebut. Nilai perolehan laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar Rp 99,57 miliar.

Kinerja kurang memuaskan dari MDIA ini disebabkan performa pendapatan perseroan yang kurang memuaskan. Tercatat pada kuartal I-2019 pendapatan perseroan turun 30,43% menjadi Rp 346,56 miliar, dibandingkan dengan Rp 489,11 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

4. Laba Q1-2019 Antam Malah Merosot 30%
Laba bersih PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam di luar dugaan membukukan penurunan laba bersih pada kuartal I-2019. Padahal harga emas dan nikel dunia sedang mengalami kenaikan pada periode tersebut.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), laba Antam tercatat turun hingga 30,12% menjadi Rp 171,67 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu tercatat laba bersih sebesar Rp 245,68 miliar. Penjualan Antam pada periode ini tercatat hanya naik 8,51% menjadi Rp 6,22 triliun. Sementara beban pokok penjualan naik 9,97% menjadi Rp 5,18 triliun.

Komoditas emas menjadi penopang utama nilai penjualan perseroan pada kuartal I-2019 senilai Rp 3,94 triliun. Angka tersebut setara dengan 63% dari total penjualan. Sementara itu, penjualan feronikel Antam tercatat mencapai 7.122 TNi naik 33% secara tahunan.

5. Semester I-2019, PTPP Bidik Kontrak Baru Rp 20,12
Emiten konstruksi PT PP (Persero) Tbk (PTPP) menargetkan realisasi kontrak baru hingga semester pertama tahun ini dapat mencapai Rp 20,12 triliun atau 40% dari target kontrak baru di 2019 sebesar Rp 50,3 triliun.

Direktur Keuangan dan Pengelolaan Kapital Manusia PP Agus Purbianto menjelaskan hingga triwulan pertama tahun ini kontrak baru tercatat sebesar Rp 9,5 triliun, naik 3% secara year-on-year. Sedangkan realisasi penjualan mencapai Rp 4,9 triliun, naik 34% dari tahun lalu.

"Semester I target 40% diharapkan bisa tercapai," kata Agus, di Raffles Jakarta, Selasa (30/4/2019).

6. Garap Energi Terbarukan, Adaro Alokasikan Capex Rp 9,26 T
Emiten tambang batu bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tahun ini mengalokasikan belanja modal sebesar US$450 juta-US$650 juta atau senilai Rp 9,26 triliun. Belanja modal yang digelontorkan tahun ini memang lebih rendah dari tahun lalu sebesar US$750 juta-US$900 juta.

Chief Financial Officer Adaro Energy Lie Luckman mengatakan, sebagian besar belanja modal akan dialokasikan untuk pengembangan tambang batu bara Adaro MetCoal (AMC) dan peremajaan alat berat. Sumber pendanaan belanja modal dari kas internal perusahaan dan pinjaman bank.

"Untuk pengembangan mining 2/3 dari total belanja modal," ungkap Lie Luckman di Raffles Jakarta, Selasa (30/4/2019).

Hadir dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengaku optimistis, setelah pemilu penjualan batu bara Adaro bisa kembali pulih. Pria yang akrab disapa Boy Thohir itu meyakini komoditas batu bara saat ini adalah salah satu sumber energi yang paling murah dan efisien dibandingkan yang lainnya.

7. United Tractors Mau Caplok Tambang Lagi, Batu Bara atau Emas?
Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR) berminat mengakuisisi tambang lagi sebagai nilai tambah bisnis perusahaan setelah akhir tahun lalu merampungkan akuisisi tambang emas Martabe di Sumatera Utara.

Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan perusahaan selalu berminat melakukan akuisisi tambang sebagai motor penggerak bisnis alat berat dan kontraktor tambang.

"Kami memiliki beberapa parameter untuk menilai tambang ini layak diakuisisi. Ada skala cadangan tertentu yang menjadi standar kami, dan tentu tidak terlalu kecil, baik untuk batu bara dan emas," kata Sara di Jakarta, Selasa (30/04/2019).

Perusahaan juga mempertimbangkan risiko sosial dan geografis dalam rencana akuisisi tersebut. Hanya saja Sara masih enggan memerinci berapa belanja modal yang disiapkan perusahaan untuk mengakuisisi tambang.

(prm)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2GUNAWW

May 02, 2019 at 03:22PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "KRAS Rugi Rp 879 di Q1-2019, UNTR Mau Caplok Tambang Lagi"

Post a Comment

Powered by Blogger.