Search

Kisah Rabobank, Jejak Perjalanan Bankir-bankir Senior

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Jos Luhukay menjadi sorotan ketika Rabobank Indonesia atau PT Bank Rabobank International Indonesia mengumumkan tutup operasi secara bertahap pada April ini.

Jajaran manajemen Rabobank Indonesia dipimpin oleh Jos Luhukay sebagai Presiden Direktur. Pria bernama asli Joseph Fellipus Peter Luhukay ini bukan bankir kemarin sore. Dia bankir senior di perbankan Indonesia, pernah memegang pucuk pimpinan beberapa bank besar di Tanah Air.

Bankir kelahiran Jakarta, 18 Desember 1946 ini sudah kenyang asam garam dunia perbankan, kendati sosoknya juga dikenal sebagai ahli di bidang teknologi informasi.

Bahkan, pada masa Pemilu Presiden 2014, namanya sempat ramai di jagad maya ketika akun @triomacan2000 saat itu mencuit bahwa Joko Widodo (Jokowi) yang ketika itu ikut bursa calon presiden--yang kemudian menang--menggunakan jasanya untuk memenangkan kontentasi politik dengan memanfaatkan teknologi lewat kemampuan Jos.

MASIH EDIT, STOK RABOBANKFoto: Jos Luhukay/Akun Facebook2

Jos memang punya latar belakang pendidikan yang menunjang di bidang IT. Laporan keuangan Rabobank mengungkapkan biodatanya. Jos adalah Sarjana Teknik Elektro dari Universitas Indonesia dan meraih gelar Master of Science dan doktor dalam bidang ilmu komputer dari University of Illinois, Amerika Serikat (AS).

Sekembalinya ke Tanah Air, mengutip situs resmi powerpr.co.id, Jos kemudian ikut berkontribusi ke Universitas Indonesia, tempat ia pernah belajar dan mendirikan Fakultas llmu Komputer UI. Pada 1996, Jos juga terdaftar sebagai Wakil Rektor Binus University. Di perusahaan public relation tersebut, Jos tercatat namanya sebagai tim di perusahaan itu.

Jadi Bankir
Karier perbankannya dimulai pada 1989 sebagai Vice President, Information System Group Head, PT Bank Niaga Tbk, yang kemudian berlanjut sebagai Senior Vice President, Systems and OperationsBank Niaga menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini Bursa Efek Indonesia-BEI) sejak 1989.

Tahun 1999, dia diangkat pemerintah sebagai Ketua Pelaksana Satuan Tugas Prakarsa Jakarta, yang bertugas merestrukturisasi utang sektor swasta Indonesia.


Puncaknya pada 2003, ia akhirnya menjadi Direktur Utama PT Bank 
Lippo Tbk (LPBN). Bank Lippo merupakan hasil merger antara Bank Perniagaan Indonesia dan Bank Umum Asia, kendati cikal bakal bank ini sudah ada sejak 1948 yang dibangun oleh pendiri Grup Lippo, Mochtar Riady.

Ketika menjabat pucuk pimpinan Bank Lippo, saat itu kondisi bank-bank nasional tengah terguncang sebagai dampak dari krisis moneter 1997-1998. Saham mayoritas Bank Lippo kemudian dilepas oleh Grup Lippo ke pemerintah dalam rangka penyehatan lewat Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Tak lama dipegang pemerintah, BPPN pun melakukan divestasi. Pada November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad (kini dikenal sebagai CIMB Group Holdings Berhad) kemudian mencaplok saham mayoritas Bank Niaga dari BPPN.

Pada Agustus 2007, semua saham pindah tangan ke CIMB Group.

Dalam transaksi terpisah, Khazanah Berhad (kendaraan BUMN milik pemerintah Malaysia) yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas Bank Lippo pada 30 September 2005. Seluruh saham beralih menjadi milik CIMB Group 28 Oktober.


Bank Lippo dan Bank Niaga akhirnya merger menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) pada 3 Juni 2008, sebagaimana terekam dalam cerita sejarah di situs resmi bank tersebut. Setelah itu, BEI resmi menghapus pencatatan (delisting) saham Bank Lippo yang berkode saham LPBN pada 3 November 2008.

Merger itu merupakan konsekuensi dari aturan kepemilikan tunggal dari Bank Indonesia karena Khazanah adalah pemilik dua bank tersebut. Proses merger kedua bank tersebut cukup menyedot perhatian kalangan perbankan nasional. 


Sebelum merger tuntas, Jos mengundurkan diri pada 14 September 2006 dari bank yang pernah menjadi
bank terbesar ke-9 di Indonesia berdasarkan jumlah aset itu.Selama 2 tahun sepi kabar, pada tahun 2008, publik perbankan dikagetkan dengan masuknya Jos ke PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) sebagai Wakil Direktur Utama, menggantikan kursi kosong setelah mundurnya Jerry NG yang saat itu bergabung ke Texas Pacific Group

Tokoh bankir yang terakhir disebut tadi, yakni Jerry NG, juga orang lama di perbankan Indonesia. Terakhir dia menjabat Direktur Utama PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang juga mundur selepas bank tersebut merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) menjadi PT Bank BPTN Tbk, pada 1 Februari 2019.

Tak lama kemudian, pada April 2011, Jos lagi-lagi pamit.

Selain dalam bidang perbankan, Jos juga memiliki pengalaman sebagai Equity Partner dan Partner di beberapa perusahaan konsultan, antara lain Indo Consult, Ernst & Young dan Arghajata Consulting, dengan keahlian keuangan, strategi, manajemen risiko, dan audit internal.

Pemegang saham Rabobank akhirnya menunjuk Jos menjadi Direktur Utama Rabobank Indonesia sejak 30 Agustus 2017 dan disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).


"Sebelum bergabung dengan 
Rabobank Indonesia, ia adalah Komisaris Independen BNI [PT Bank Negara Indonesia Tbk]Jos mempunyai pengetahuan dan pengalaman dari berbagai posisi senior yang dijabat sebelumnya dalam bidang perbankan, keuangan dan strategi," tulis profil di laporan keuangan tahun 2017 Rabobank.

"Untuk mewujudkan rencana bisnis, Rabobank Indonesia fokus kepada dua hal yang menjadi prioritas saat ini. Pertama, mencapai tingkat pertumbuhan dan kinerja keuangan yang diharapkan. Kedua, implementasi In Control [pengendalian internal] yang semakin berkualitas," kata Jos dalam prakatanya di lapkeu tersebut.

Hingga kini, Jos belum merespons pertanyaan CNBC Indonesia terkait dengan proses penutupan Rabobank Indonesia. 

MASIH EDIT, STOK RABOBANKFoto: Manajemen Rabobank Indonesia

Direksi Rabobank Indonesia juga punya rekam jejak brilian di sektor perbankan. Situs Rabobank mencatat, d
ireksi lain yakni Soemenggrie Jongkamto (wadirut), Mia Patria (direktur SDM), Heri Haryadi (direktur kepatuhan), Maximiliaan Blom (direktur manajemen risiko), dan Sheky Lemasoa (direktur bisnis).

Bloomberg mengungkapkan, Sheky sebelumnya menjabat Head of Large Corporate PT Bank ANZ Indonesia. Sheky memegang gelar Bachelor of Commerce dari Griffith University, Australia.

MASIH EDIT, STOK RABOBANKFoto: Manajemen Rabobank Indonesia

Mia Patria juga berlatar belakang bank-bank besar. Menurut profil di lapkeu Rabobank, Mia memulai karier perbankannya di Citibank N.A Indonesia pada 1988, dan kemudian melanjutkan karier di Bank Papan Sejahtera dan Danamon. Dia lalu menjadi Direktur E-Business di GE Capital Indonesia dan Direktur SDM di HSBC Indonesia dan Direktur SDM Commonwealth Bank.

Adapun Hery Haryadi dari Deutsche Bank Cabang Jakarta. Dia pernah menjadi Financial Controller di PT Bank Credit Agricole Indonesia dan PT Bank BNP Paribas Indonesia. Sebelum berkarier di Rabobank Indonesia Heri adalah Country Head of Compliance The Royal Bank of Scotland NV Cabang Jakarta.

Rabobank global menempatkan wakilnya yakni Jan Alexander Pruijs sebagai Presiden Komisaris Rabobank Indonesia. Saat ini ia menjabat Global Head of Rural and Retail Banking dari Rabobank yang juga bertanggung jawab atas aktivitas perbankan di Australia, Selandia Baru, Chile, Brazil, Irlandia, Amerika Utara dan Indonesia.


Dengan bobot SDM mumpuni ternyata Rabobank belum bisa bertahan melawan ketatnya persaingan perbankan nasional.

Rabobank Indonesia akhirnya mengumumkan penghentian operasional di Indonesia secara bertahap mulai April ini setelah mulai beroperasi selama 29 tahun di Indonesia atau sejak tahun 1990.


MASIH EDIT, STOK RABOBANKFoto: Pemegang Saham Rabobank Indonesia

"Setelah puluhan tahun Rabobank Indonesia, sebagai bagian dari Rabobank Group, telah bertumbuh dan berkembang bersama para nasabah, mitra, dan seluruh karyawan," kata Jos Luhukay, dalam suratnya, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (30/4/2019).

Hingga kuartal III-2018, laporan keuangan mengungkapkan, perusahaan menderita rugi bersih setelah sebelumnya laba terus terkoreksi. Rugi Rabobank Indonesia pada periode tersebut mencapai Rp 132,12 miliar, dari September 2017 yang masih untung Rp 10,26 miliar.

Jumlah karyawan juga terus berkurang, dari 2009 sebanyak 1.708 orang, pada 2017 tersisa menjadi 722 orang. Aset pada September 2018 itu mencapai Rp 12,59 triliun. Pada Maret 2019, perseroan mencatat rugi bersih pada periode itu sebesar Rp 9,78 miliar.

"Dengan berat hati kami sampaikan bahwa, pemegang saham pengendali telah memutuskan untuk menghentikan operasional Rabobank Indonesia," kata Jos dalam surat tersebut.

Tutupnya Rabobank Indonesia tentu diharapkan tak menjadi pertanda negatif bisnis perbankan di Indonesia, apalagi kontribusi sektor ini terhadap ekonomi Indonesia tak bisa dibilang kecil. Dengan besarnya potensi yang ada, sektor perbankan masih jadi salah satu sektor terseksi di pasar modal nasional.

Simak ulasan Rabobank Indonesia di video ini.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2LiPkxu

May 02, 2019 at 05:33PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Kisah Rabobank, Jejak Perjalanan Bankir-bankir Senior"

Post a Comment

Powered by Blogger.