Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan bulan Oktober dengan kurang menyenangkan, IHSG pada Kamis (31/10/2019) kemarin ditutup anjlok 67 poin atau 1,07% ke level 6.228.
Investor asing menjadi salah satu penyebabnya karena membukukan penjualan bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 506 miliar, cukup besar untuk rata-rata harian. Asing dalam lima hari terakhir sudah melepas portofolio investasi miliknya sebesar Rp 1,07 triliun.
Untuk perdagangan Jumat (1/11/2019) hari ini,Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi IHSG akan bergerak menguat secara terbatas. Rentang pergerakannya diperkirakan berada pada level 6.200 hingga 6.275.
Dari bursa saham Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama ditutup dengan pelemahan. Dow Jones turun 0,5% menjadi 27.046,37. Sementara indeks S&P 500 turun 0,3% menjadi 3.037,58 sementara Nasdaq yang kaya teknologi kehilangan 0,1% atau turun ke 8.292,36.
Penguatan Wall Street pada perdagangan kemarin dikarenakan The Federal Reserves kembali melakukan pemangkasan suku bunga. Meski demikian, kegelisahan masih muncul, karena lembaga yang dipimpin Jerome Paul itu memberi sinyal penurunan ini adalah yang terakhir di 2019.
"Pasar sekarang khawatir, kita masih melihat sejumlag perlambatan, kata Manajer Senior TD Ameritrade, sebuah perusahaan futures dan valas, Stephanie Lewicky dikutip dari AFP.
"Dengan Powell mengatakan bahwa ad kemungkinan akan memberhentikan sementara (pemangkasan suku bunga lain), di Desember, ini menimbulkan sedikit kekhawatiran."
Dari dalam negeri, pelaku pasar perlu mencermati rilis data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai angka inflasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,12% secara month-on-month (MoM).
Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan sebesar 3,23% dan inflasi inti tahunan di 3,3%. Jika tingkat inflasi di atas konsensus tersebut, ada potensi sektor konsumer akan melemah karena merepresentasikan harga-harga yang meningkat sehingga mengurangi daya beli.
Secara teknikal, IHSG kembali dalam tekanan karena posisinya kembali bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir atau moving average five/MA5 (garis hijau pada grafik).
Terbentuknya pola lilin hitam (black candle) mengisyaratkan potensi penurunan. Akan tetapi, IHSG masih pada area netral menurut indikator Relative Strength Index (RSI) sehingga fluktuasi termasuk technical rebound bisa saja terjadi.
Ada potensi saham-saham blue chip yang kemarin tertekan kembali menguat, seperti saham: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-3,75%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (-5,07%), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (-13,52%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-4,08%), dan PT Mitra Adiperkasa Tbk/MAPI (-10,7%).
Sumber: Refinitiv
|
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps)https://ift.tt/2JEgDiC
November 01, 2019 at 03:39PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tak Ada November Rain Pagi Ini, IHSG Berpotensi Mengua"
Post a Comment