Search

Gandeng Korsel dan China, Ini Strategi Kalbe Farma di 2019

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menargetkan pertumbuhan bisnis sebesar 6%-8% di tahun ini. Pertumbuhan itu akan disokong oleh sejumlah inovasi yakni memproduksi obat dengan teknologi biotech, pembangunan pabrik baru, dan penambahan anggaran riset atau research and development (R&D).

"Tahun 2019 kami targetkan tumbuh 6%-8%. Jadi, lebih baik dibanding pertumbuhan 2018," kata Direktur Kalbe Farma, Bernadus Karmin Winata, usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), di Jakarta, Rabu (22/5/2019).

Tahun ini juga Kalbe Farma menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 1,2 triliun- Rp1,5 triliun, salah satunya akan digunakan untuk pembangunan pabrik di Kawasan Deltamas, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Dana capex berasal dari kas internal perusahaan dan pabrik seluas 36 hektare tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan kapasitas produksi.


"Untuk menunjang inovasi kami siapkan anggaran sekitar tambahan Rp 500 miliar untuk tahun depan karena menyongsong era digital dengan asumsi kurs Rp 15.000 per dolar AS di tahun ini," kata Bernadus.


Mitra dengan China dan Korsel
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius memaparkan saat ini setidaknya ada 200 perusahaan farmasi di Indonesia, 160 perusahaan lokal dan 30-40 perusahaan berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA). Dengan begitu akan lebih banyak pesaing peserta tender obat dari BPJS Kesehatan.

Untuk itu, Kalbe Farma sedang mengembangkan produksi obat menggunakan teknologi biologi (biotech). Dalam hal ini, Kalbe Farma berkolaborasi dengan perusahaan China Shandong Kexin untuk kerja sama teknis berupa transfer teknologi dan bekerjasama membentuk perusahaan patungan dengan Korea Selatan Genexine.

"Kami kolaborasi dengan pemain dari China dan Korsel. Pabriknya sudah siap Februari tahun lalu. Diharapkan secara fisik siap akhir tahun ini dan bisa produksi komersial sehingga awal tahun depan siap produksi dengan bahan baku lokal," papar Vidjong.

Kalbe Farma juga menambah anggaran R&D menjadi Rp 250 miliar-Rp 300 miliar di tahun ini dari sebelumnya Rp244 miliar di tahun lalu. Riset ini dilakukan di antaranya untuk obat-obat biolog yang bisa dipakai untuk peserta BPJS Kesehatan dan obat herbal.

Saat ini, kontribusi ekspor terhadap pendapatan Kalbe Farma baru mencapai 5%-6%. Dalam kurun waktu 3-5 tahun, Kalbe Farma menargetkan kontribusi ekspor bertambah menjadi 10%.

Namun, perseroan masih melakukan impor bahan baku. Selain itu, kata Bernadus, kegiatan impor yang secara langsung berkaitan dengan transaksi mata uang asing sekitar 40% dari harga pokok. "Sekarang posisi masih 6% [porsi ekspor]. [Pasar] lokal akan tumbuh berarti yang ekspor akan tumbuh lebih besar. Untuk kontribusi 10%." tandasnya.

Dalam RUPST Rabu ini, Kalbe menyetujui pembagian dividen kepada para pemegang saham sebesar Rp 1,2 triliun. Nilai tersebut setara dengan 50% dari laba bersih Kalbe Farma tahun 2018.


Simak strategi Kalbe Farmas dan besaran capex 2019.
[Gambas:Video CNBC]

(tas)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2X5ice9

May 22, 2019 at 10:55PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Gandeng Korsel dan China, Ini Strategi Kalbe Farma di 2019"

Post a Comment

Powered by Blogger.