Angka pertumbuhan tersebut merupakan yang paling kecil setidak sejak kuartal I-2012. Jika ditarik lebih ke belakang, sudah sejak kuartal II-2018 pertumbuhan IHPR berada dalam tren penurunan.
Perlambatan pertumbuhan IHPR paling parah terjadi pada rumah tipe kecil, yang mana hanya sebesar 3,18% YoY di kuartal I-2019 atau turun hingga 1,62 persen poin dibanding kuartal sebelumnya.
Hal senada terjadi pada rumah tipe menengah, dimana pertumbuhan IHPR kuartal I-2019 hanya sebesar 1,82% YoY, lebih kecil 0,72 persen poin ketimbang kuartal sebelumnya.
Bahkan kali ini pertumbuhan IHPR juga turun 0,44 persen poin menjadi tinggal 1,16% YoY. Padahal IHPR rumah tipe besar bisa dibilang yang paling stabil, dengan pertumbuhan IHPR bertahan di level 1,6% YoY selama 3 kuartal berturut-turut.
Sederet fakta tersebut mengindikasikan bahwa pelaku industri properti, terutama perumahan semakin sulit untuk menaikkan harga jual. Penyebabnya bisa dua faktor. Pertama, daya beli daya beli masyarakat yang terhambat karena suku bunga yang tinggi. Kedua, keseimbangan fundamental di pasar properti yang mulai timpang. Banyaknya pasokan rumah baru yang dibangun mulai tidak sebanding dengan pertumbuhan kebutuhan masyarakat akan properti perumahan.
![]() |
Namun pertumbuhan total penjualan rumah bisa kembali positif 0,05% YoY di kuartal I-2019, meskipun terbatas. Setidaknya lebih baik dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi (tumbuh negatif) 10,64% YoY.
Akan tetapi perlu dicatat bahwa kali ini pertumbuhan total penjualan rumah didorong oleh rumah tipe kecil yang mampu tumbuh sebesar 6,54% YoY, lebih baik dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi hingga 19,74% YoY. Hal ini diduga berkaitan dengan pertumbuhan pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang sangat signifikan, yaitu mencapai 1.524% YoY.
Seperti yang telah diketahui FLPP merupakan fasilitas subsidi Kredit Pembiayaan Rumah (KPR) yang diberikan pada masyarakat berpenghasilan rendah. Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2019, pos anggaran untuk FLPP meningkat menjadi Rp 7,1 triliun dari Rp 5,8 triliun di tahun sebelumnya.
![]() |
Lain hal dengan penjualan rumah tipe menengah yang terkontraksi hingga 5,5% YoY di kuartal I-2019, jauh lebih kecil dibandingkan kuartal sebelumnya yang bisa tumbuh 11,49% YoY.
Penjualan rumah tipe besar pun terkontraksi hingga 19,38% YoY, lebih dalam dibanding kuartal sebelumnya yang juga turun 16,75% YoY.
Dalam laporan survei BI, suku bunga KPR saat ini masih menjadi penghambat pertumbuhan bisnis properti. Hal itu disampaikan oleh 18,84 responden. Selain itu, faktor lainnya yang menjadi penghambat bisnis properti antara lain kenaikan harga bahan bangunan (17,4% responden), uang muka rumah (15,91% responden), pajak (14,8% responden), dan perijinan/birokrasi (14,42% responden).
Sebagai informasi, suku bunga KPR per Maret 2019 (akhir kuartal I-2019) berkisar antara 14,91% dan 8,7%. Suku bunga KPR tertinggi berada di Bengkulu, sedangkan paling rendah ada di Yogyakarta.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/taa)
http://bit.ly/2Vp1WYB
May 09, 2019 at 07:13PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bunga KPR Tinggi, Harga Rumah untuk Sementara Tak Naik"
Post a Comment