Namun, sejak pertemuan tersebut belum ada perkembangan signifikan. Pengerjaan kilang Cilacap sampai saat ini masih tersendat. Perbedaan nilai valuasi disebut sebagai kendala utama lambatnya eksekusi rencana pengembangan kilang yang direncanakan memproduksi minyak setara Euro V tersebut.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, ada kemungkinan pengoperasian kilang tersebut akan molor dari target perusahaan yang dipatok di 2025.
"Kami targetkan (kilang Cilacap) beroperasi di 2025, tapi bisa jadi lebih dari 2025. Namun, kami masih tetap berusaha dan mengawal agar proyek ini bisa sesuai target di 2025," ujar Ignatius saat dijumpai di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Sebabnya, kesepakatan nilai valuasi aset kilang Cilacap yang sampai saat ini belum mendapat titik terang. Semestinya, kata Ignatius, kontrak kerja sama dengan Saudi Aramco sudah diterminasi sejak Desember 2018 kemarin, namun Pertamina memberikan kesempatan untuk perhitungan kembali valuasinya sampai Juni 2019.
![]() |
"Kami kemarin bertemu di kantornya Saudi Aramco, kami sepakat akan negosiasi lagi hitung-hitungannya, tapi kalau tidak sepakat juga, tidak ketemu ya sudah tidak apa, sampai Juni 2019, ya kami terminasi kontraknya. Bagi Pertamina ini tidak akan jadi penghalang untuk kembangkan kilang Cilacap," kata Ignatius.
Lebih lanjut, ia mengatakan, jika memang nantinya kemitraan dengan Saudi Aramco dibatalkan, maka perusahaan akan melanjutkannya sendiri pengembangan kilang Cilacap, atau mencari rekanan mengikuti pola kemitraan pada kilang Balikpapan.
![]() |
"Kami sudah laporkan ke Kementerian ESDM, minta izin, kalau tidak ada kesepakatan, akan dilanjutkan dengan biaya sendiri atau cari partner mengikuti pola di Balikpapan. Jadi kami garap dulu sambil liat apa harus cari partner atau tidak," pungkas Ignatius.
Berdasarkan dokumen yang didapat CNBC Indonesia, dikatakan PT Pertamina (Persero) berpegangan pada entreprise value dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) pada Juni 2018, yang sebesar US$ 5,66 miliar atau setara Rp 79,95 triliun.
Sedangkan, Saudi Aramco menganggap entreprise value adalah US$ 2,8 miliar, yang sebenarnya merupakan valuasi dari nilai aset tetap (fixed asset value) hasil 2016 yang disesuaikan dengan kurs awal 2018.
Maka dari itu, saat ini Pertamina sedang meminta konsultan auditor PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk melakukan valuasi ulang.
[Gambas:Video CNBC] (gus)
http://bit.ly/2UAXArX
April 25, 2019 at 12:55AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Meski Jokowi ke Arab, Negosiasi Kilang Cilacap Masih Alot"
Post a Comment