Di sisi lain, puluhan ribu massa dari berbagai kalangan menggelar aksi menuntut Maduro lengser dari jabatannya. Maduro dianggap tidak layak menjabat sebagai presiden lantaran telah menjerumuskan Venezuela ke dalam krisis ekonomi terparah hingga memicu eksodus masyarakat ke sejumlah negara.
Foto: Orang-orang berbaris untuk menarik sebagian uang pensiun mereka di sebuah cabang bank di Caracas. (REUTERS/Marco Bello)
|
Dalam pidato kepada para pendukungnya, Maduro mengatakan Majelis Konstituante menyerukan pemilihan awal terhadap Majelis Nasional. Sebelumnya Guaido, menyerukan untuk diadakan pemilihan presiden secara adil setelah pilpres sebelumnya dimenangi Maduro tahun lalu.
"Anda ingin pemilihan? Anda ingin pemilihan awal? Kami akan mengadakan pemilihan parlemen," kata Maduro pada rapat umum pro-pemerintah di Caracas, yang diadakan untuk memperingati 20 tahun pelantikan pertama pemimpin sosialis Hugo Chavez sebagai presiden.
Ia lantas mengaku sebagai korban kediktatoran Amerika Serikat (AS). Hal itu jelas dibantah oleh Maduro. "Tidak ada kediktatoran di Venezuela, tidak akan pernah ada," ujar Maduro menegaskan.
AS, bersama dengan banyak negara di belahan bumi barat, telah menilai Maduro sebagai diktator dan mengakui Guaido sebagai presiden yang sah. Bahkan pada pekan ini, AS mengumumkan ancaman untuk menjatuhkan sanksi yang kemungkinan akan semakin melemahkan industri minyak negara yang tergabung dalam OPEC tersebut.
Bagi Maduro, yang dihadapkan pada banyak penentang, dukungan militer negara adalah hal yang penting. Namun, pemberontakan kecil terhadap Maduro telah terjadi di Angkatan Bersenjata Venezuela dalam beberapa bulan terakhir. Belum ada pemberontakan militer berskala besar memang.
Jenderal Francisco Yanez, dari Komando Tinggi Angkatan Udara, menjadi jenderal Venezuela aktif pertama yang menyatakan dukungan kepada oposisi sejak Guaido menyatakan diri sebagai presiden pada 23 Januari lalu. Kepala Atase Militer Venezuela untuk AS itu juga menyatakan pembelotannya pekan lalu.
"Rakyat Venezuela, 90% dari Angkatan Bersenjata Venezuela tidak bersama diktator, mereka dengan rakyat Venezuela," kata Yanez dalam video itu. "Transisi ke demokrasi sudah dekat," lanjutnya.
Sementara itu pada rapat umum oposisi di Caracas, Guaido mengatakan kepada para pendukungnya bahwa ia berharap akan lebih banyak lagi dukungan seperti disampaikan Yanez. Guadio menjanjikan amnesti bagi mereka yang berbelot.
"Saya yakin banyak pejabat dan tentara akan mengikuti langkah ini, segera, segera," katanya.
Foto: REUTERS/Jim Young
|
Unjuk rasa itu adalah salah satu dari banyak aksi secara nasional yang diadakan pada Sabtu (2/2/2019). Para demonstran yang melakukan aksi demo mengenakan berbagai atribut khas bendera negara, berwarna merah, kuning dan biru. Mereka juga meneriakkan nama Guaido.
"Sudah bertahun-tahun ini terjadi penghancuran perusahaan dan terjadi kemiskinan," kata Pedro Gimenez (51 tahun), seorang pekerja di sebuah pabrik aluminium di negara bagian selatan Bolivar. "Kami ingin masa sekarang dan masa depan yang lebih baik dan kami akan mencapai itu."
Polisi anti huru-hara yang berencana untuk menghalangi para demonstran memasuki wilayah tertentu, akhirnya membiarkan mereka berdemo di setidaknya tiga kota. Demikian laporan CNBC International mengutip pernyataan Guaido dan Reuters.
Tekanan yang meningkat
Seiring dengan situasi yang memanas, bantuan kemanusiaan akan segera mengalir ke Venezuela yang dilanda krisis dari titik pengumpulan di Brasil, Kolombia dan kawasan Kepulauan Karibia. Hal itu disampaikan Guaido tanpa menyebutkan siapa yang memberikan bantuan.
Pada Jumat (1/2/2019), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa AS "Siap untuk memberikan bantuan kepada rakyat Venezuela."
Guaido mengatakan oposisi tidak akan berhenti mengadakan demo sampai Maduro mengundurkan diri dan mengizinkan diadakan pemilihan secara adil. Walau sudah mendeklarasikan diri sebagai presiden, Guaido tidak memiliki kendali atas institusi negara atau fungsi pemerintahan sehari-hari.
Foto: Logo perusahaan minyak PDVSA, Venezuela (REUTERS/Andres Martinez Casares)
|
Seperti halnya AS, Kanada dan beberapa negara Amerika Latin telah secara resmi mengakui Guaido. Beberapa negara anggota Uni Eropa diperkirakan akan secara resmi menyatakan dukungannya pada Guaido minggu depan. Washington telah memberlakukan sanksi besar pada perusahaan minyak milik negara, PDVSA.
"(Presiden AS Donald) Trump menerapkan berbagai tindakan karena dia adalah diktator dunia dan berpikir kita adalah budaknya," kata Gregory Carrasquel (35 tahun), pada rapat umum pro-pemerintah di Caracas, yang dihadiri oleh banyak pekerja sektor publik yang mengenakan pakaian merah lambang sosialis. "Bagi kami orang Venezuela, hanya ada satu presiden, yaitu Presiden Nicolas Maduro."
Musuh-musuh Maduro mengatakan bahwa ia telah melakukan kesalahan besar atas lembaga-lembaga demokrasi dan menghancurkan ekonomi yang dulu pernah berjaya melalui sistem kontrol pertukaran yang penuh korupsi dan nasionalisasi yang sewenang-wenang.
Venezuela mengalami hiperinflasi, perlambatan produksi, dan migrasi besar-besaran warga ke negara-negara tetangga Amerika Latin, suatu situasi yang kemungkinan akan diperburuk dalam jangka pendek jika sanksi baru diterapkan.
Simak video terkait serangan teror kepada Presiden Venezuela Nicholas Maduro di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq)
http://bit.ly/2S3hzD6
February 03, 2019 at 04:30PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Venezuela Memanas! Maduro Tawarkan Pemilu, Oposisi Gelar Demo"
Post a Comment