Search

Jokowi Effect Memudar, Ternyata Ini Pemicu Amblasnya IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham tanah air babak belur pada perdagangan Senin, awal pekan ini (22/4/2019). Sempat dibuka naik tipis 0,06%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemudian diterpa tekanan jual dengan intensitas yang besar.

Pada perdagangan pukul 11:00 WIB, IHSG sudah jatuh sebesar 1,32% ke level 6.421,39.

IHSG ambruk kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan menguat. Indeks Nikkei naik 0,13%, indeks Straits Times juga naik 0,28%, dan indeks Kospi menguat 0,13%.


Di satu sisi, aksi ambil untung melandasi koreksi yang dialami IHSG hari ini, apalagi sepanjang pekan lalu, IHSG telah melejit 1,58% dan menjadikannya indeks saham dengan kinerja terbaik kedua di kawasan Asia. IHSG hanya kalah dari indeks Shanghai yang menguat nyaris 2%.

Namun, ada faktor lain yang memantik aksi jual atas saham-saham di tanah air, yakni kekhawatiran bahwa The Federal Reserve/The Fed selaku bank sentral AS akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.

Padahal sebelumnya, pelaku pasar sudah pede bahwa tak akan ada kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.

Kekhawatiran ini dilandasi oleh kinclongnya data-data ekonomi yang dirilis di AS pada hari Kamis (18/4/2019). Penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%.


Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.

Kemudian, penjualan barang-barang ritel inti (mengeluarkan komponen mobil) periode Maret 2019 tumbuh sebesar 1,2% secara bulanan, membaik ketimbang bulan Februari yang minus 0,2%.

Capaian tersebut juga juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja.

Tak sampai di situ, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 13 April tercatat turun 5.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 192.000, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 207.000.

Kuatnya data tenaga kerja tersebut bahkan ikut dibanggakan oleh sang presiden, Donald Trump.

"Klaim tunjangan pengangguran di AS telah mencapai level terendah (terbaik) dalam lebih dari 50 tahun!" cuit Trump.

Terungkap! Ini Penyebab IHSG Anjlok 1% Lebih di Awal PekanFoto: Trump/Twitter

Dengan deretan data ekonomi yang kinclong tersebut, ada kemungkinan bahwa The Fed akan mengerek naik suku bunga acuan pada tahun ini.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 21 April 2019, terdapat peluang sebesar 0,3% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini, naik dari posisi tanggal 18 April yang sebesar 0%. Posisi pada bulan lalu (21 Maret) adalah juga 0%.

Memang probabilitasnya masih kecil, masih 0,3%. Namun, jika dikombinasikan dengan kinerja rupiah yang kinclong pada pekan lalu, probabilitas yang masih kecil tersebut telah cukup untuk membuat mata uang Garuda menderita tekanan jual.

Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat sebesar 0,35%, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik di kawasan Asia.

Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,18% di pasar spot ke level Rp 14.065/US$.

Pelemahan rupiah pada akhirnya mendorong investor untuk melakukan aksi jual di pasar saham tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2Pkwbtp

April 22, 2019 at 06:28PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Jokowi Effect Memudar, Ternyata Ini Pemicu Amblasnya IHSG"

Post a Comment

Powered by Blogger.