Search

'Hantu' Resesi AS Belum Hilang, IHSG Tetap Bisa Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan hari ini dengan penguatan sebesar 0,92% ke level 6.470. Posisi pada saat penutupan lebih baik dibandingkan posisi pembukaan di level 6.440,92 (+0,46% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, 25/3/2019).

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 2,15%, indeks Hang Seng naik 0,15%, indeks Straits Times naik 0,46%, dan indeks Kospi naik 0,18%.

Koreksi yang sudah begitu dalam dialami bursa saham regional pada perdagangan kemarin membuka ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli. Kemarin, indeks Nikkei ditutup anjlok 3,01%, indeks Hang Seng turun 2,03%, indeks Straits Times terkoreksi 0,91%, dan indeks Kospi terpangkas 1,92%. Sementara itu, IHSG anjlok hingga 1,75%.

Sejatinya, potensi datangnya resesi di AS yang kemarin membuat bursa saham Benua Kuning anjlok masih melekat di benak investor. Bahkan, kondisinya bisa dibilang semakin parah.

Pada hari Jumat kemarin (22/3/2019), terjadi inversi pada obligasi AS tenor 3 bulan dan 10 tahun.

Inversi merupakan sebuah fenomena di mana yield obligasi tenor pendek lebih tinggi dibandingkan tenor panjang. Padahal dalam kondisi normal, yield tenor panjang akan lebih tinggi karena memegang obligasi tenor panjang pastilah lebih berisiko ketimbang tenor pendek.

Melansir data dari Refinitiv, pada penutupan perdagangan tanggal 22 Maret 2019, yield obligasi AS tenor 3 bulan berada di level 2,462%, sementara untuk tenor 10 tahun berada di level 2,455%.

Inversi pada tenor 3 bulan dan 10 tahun merupakan konfirmasi dari potensi datangnya resesi di AS. Pasalnya dalam 3 resesi terkahir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada tenor 3 bulan dan 10 tahun yang sebelumnya didahului inversi pada tenor 3 dan 5 tahun. Berbicara mengenai inversi pada tenor 3 dan 5 tahun, hal ini sudah terjadi pada 3 Desember 2018 silam.

Pada penutupan perdagangan kemarin, inversi yang terjadi semakin parah. Jika pada hari Jumat yield obligasi AS tenor 3 bulan lebih tinggi sebesar 0,7 bps dari yield obligasi AS tenor 10 tahun, pada penutupan perdagangan kemarin nilainya sudah mencapai 3,6 bps. Pada perdagangan hari ini, nilainya memang sedikit menipis namun masih terbilang besar, yakni 2,3 bps.

Inversi yang semakin parah tersebut (yield tenor 3 bulan semakin meninggalkan yield tenor 10 tahun) mengindikasikan bahwa pelaku pasar kian yakin AS akan masuk ke dalam jurang resesi.

Di samping koreksi yang sudah dalam, data ekonomi yang kinclong ikut memantik aksi beli di bursa saham regional. Pada hari ini, produksi industri Singapura periode Februari 2019 diumumkan tumbuh sebesar 0,7% secara tahunan, mengalahkan konsensus yang memperkirakan tak ada perubahan, seperti dilansir dari Trading Economics. Pada bulan Januari, produksi industri terkontraksi sebesar 0,4%. (ank/hps)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2URsnBI

March 26, 2019 at 11:56PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "'Hantu' Resesi AS Belum Hilang, IHSG Tetap Bisa Naik"

Post a Comment

Powered by Blogger.