
Pada pukul 12:30 WIB, harga CPO acuan kontrak pengiriman Juni di bursa Malaysia Derivatives Exchange terkoreksi 0,6% ke posisi MYR 2.159/ton atau posisi yang paling rendah dalam satu minggu terakhir.
Pelemahan hari ini terjadi setelah juga ditutup melemah 0,5% kemarin (22/4/2019). Bila pada hari ini kembali ditutup melemah, maka merupakan hari yang ke-3 secara beruntun.
Prediksi stok yang masih tinggi di kalangan pelaku pasar membuat harga CPO masih mendapat tekanan yang kuat.
Berdasarkan hasil pantauan dua lembaga survei kargo, Intertek Testing Services dan Societe Generale de Surveillance, ekspor minyak sawit Malaysia periode 1-20 April hanya meningkat sekitar 1,5%-2,2%.
Sedangkan lembaga sejenis, AmSpec Agri Malaysia melaporkan ekspor minyak sawit berkurang hingga 1,8% pada periode yang sama.
Dari sisi produksi, pelaku pasar memperkirakan ada peningkatan sebesar 2%-5% sepanjang bulan April.
"Produksi tidak turun, dan permintaan juga tidak terlalu bagus. Ada kekhawatiran inventori akhir bulan tidak berkurang," ujar pialang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.
Tatkala pertumbuhan produksi melampaui pertumbuhan permintaan, maka tentu saja inventori akan kembali naik dan membebani keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan).
Itulah yang ditakutkan oleh pelaku pasar. Sama dengan yang terjadi pada tahun 2018.
Pada akhir Desember 2018, inventori minyak sawit Malaysia melonjak hingga 3,21 juta ton dan merupakan yang tertinggi dalam 18 tahun terakhir. Alhasil harga CPO sepanjang tahun 2018 amblas hingga 16%.
Apalagi saat ini penggunaan minyak sawit di Uni Eropa telah dibatasi. Campuran minyak sawit tidak lagi boleh digunakan sebagai bahan baku biosolar. Padahal 51% dari impor CPO Uni Eropa digunakan untuk hal tersebut.
Memang, peraturan baru tersebut tidak lantas melarang 100% langsung. Ada tahapan sampai tahun 2030 hingga benar-benar dilarang sama sekali.
Akan tetapi importir tentu saja tidak mau mengambil risiko, produk substitusi seperti minyak kedelai atau minyak rapeseed pun menjadi lebih diminati.
Dengan begitu, pertumbuhan permintaan merupakan hal yang masih abu-abu. Mengingat Uni Eropa merupakan pasar minyak sawit terbesar kedua di dunia.
Harga minyak kedelai yang juga melemah 0,1% hari ini ikut memberi tarikan ke bawah pada CPO. Itu karena dua produk tersebut saling bersaing mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global. Pergerakan harga keduanya pun memberi pengaruh searah.
Dengan begitu banyaknya tekanan, tak heran apabila hari ini harga CPO kembali melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/gus)
http://bit.ly/2Vi9ZoX
April 23, 2019 at 08:58PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Inventori Masih Penuh, Harga CPO Terendah Dalam 1 Minggu"
Post a Comment