Hal tersebut tertuang dalam laporan keuangan perseroan yang dirilis pagi ini (8/4/19).
Pencapaian laba atribusi induk tersebut masih di bawah prediksi konsensus pelaku pasar yang dikumpulkan Refinitiv yaitu US$ 129 juta.
Sayangnya laba atribusi induk perseroan masih memerah meskipun pendapatan perseroan yang terdiri dari penjualan migas, penjualan tenaga listrik dan jasa terkait, serta pendapatan jasa perseroan justru positif pada periode yang sama.
Jumlah pendapatan dan pendapatan lain perseroan dibukukan US$ 1,21 miliar, naik tajam 34,59% dari US$ 905,11 juta.
Dari sisi persentase dan nominal, pendapatan perseroan yang paling melonjak adalah penjualan listrik yang terbang 250,75% atau senilai US$ 168 juta menjadi US$ 235 juta dari US$ 67 juta.
Di sisi lain, pendapatan migas juga naik dengan besaran US$146 juta atau 17,51% menjadi US$ 980 juta dari US$ 834 juta.
Beban perseroan yang paling meroket adalah beban pendanaan yang naik US$ 48 juta atau 34,29% menjadi US$ 188 juta dari US$ 140 juta.
Beban penjualan, umum, dan administrasi perusahaan yang dipimpin Hilmi Panigoro tersebut juga naik US$ 13 juta atau 8,84% menjadi US$ 160 juta dari US$ 147 juta.
Salah satu elemen dari beban pendanaan adalah bunga pendanaan, yaitu dari pinjaman dan kewajiban jangka panjang.
Salah satu jenis kewajiban jangka panjang perseroan yang kenaikannya cukup besar adalah obligasi dolar yang jumlahnya naik 125,78% menjadi US$ 867 juta dari US$ 384 juta.
Medco Energi Gandeng Pemodal Global
[Gambas:Video CNBC]
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)
http://bit.ly/2IoGrPX
April 08, 2019 at 03:56PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Minyak Relatif Stabil 2018, Medco Kok Rugi Rp 726 M?"
Post a Comment