Pada pembukaan perdagangan, IHSG masih kompak dengan berada di zona hijau dengan mayoritas bursa utama kawasan Asia: indeks Shanghai naik 0,76%, indeks Hang Seng menguat 0,61%, indeks Nikkei naik 0,43%, indeks Kospi menguat 0,36%, dan indeks Straits Times naik 0,11%.
Pada awal perdagangan, sama halnya dengan indeks bursa Benua Kuning, IHSG menguat karena hawa positif negosiasi dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yaitu AS dan China.
Aura damai dagang AS-China masih terus berpotensi membuat pelaku pasar untuk membeli instrument beresiko, tidak terkecuali membeli saham-saham di negara berkembang. Sepanjang pekan lalu, perwakilan dagang antara kedua negara menggelar negosiasi selama tiga hari di Washington yang merupakan lanjutan diskusi dua pekan lalu di Beijing.
Wakil Perdena Menteri China Li He menyampaikan bahwa keputusan terbaru terkait dengan teks kesepakatan dagang kedua negara telah dicapai, dilansir Reuters.
Lebih lanjut, Presiden China Xi Jinping melalui sebuah pesan yang dititipkan kepada Liu He mengatakan kepada Presiden AS Donald Trump bahwa kedua belah pihak telah mencapai perkembangan yang baru dan substansial terkait dengan isu-isu penting bidang perdagangan dalam sebulan terakhir, dilansir Reuters.
Ini menandakan baik Xi maupun Trump sama-sama menginginkan untuk segera menyelesaikan kisruh dagang kedua negara. Pasalnya, pekan lalu Trump juga mengatakan bahwa kesepakatan dagang dengan China sudah semakin mendekati penyelesaian dan dapat diumumkan empat pekan lagi.
Akan tetapi, sungguh disayangkan optimisme damai dagang tidak mampu menghapus bayangan sentimen negatif yang datang dari komoditas minyak.
Harga emas hitam di perdagangan global hari ini menyentuh titik tertinggi dalam 5 bulan terakhir sebagai akibat dari estimasi tingginya permintaan minya dan proyeksi turunnya pasokan global.
Hingga pukul 09:28 WIB harga minyak jenis Brent naik 0,55% ke level US$ 70,73/barel setelah sempat meroket 1,35% pada perdagangan Jumat (5/4/2019).
Rilis data tenaga kerja AS yang menggembirakan meredakan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dunia.
Pada hari Jumat Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan pada Maret perekonomian AS mampu menyerap 196.000 tenaga kerja, naik signifikan dari capaian Februari yang hanya 33.000 tenaga kerja, dilansir Forex Factory.
Lebih lanjut, harga minyak dunia diprediksi terus naik karena Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) ngotot menjalankan program pemangkasan produksi sekitar 1,2 juta barel/hari yang dipicu oleh keputusan dari Saudi Arabia.
Lalu, pengenaan sanksi AS atas ekspor minyak mentah Venezuela dan Iran menyebabkan pasokan minyak mentah dari kedua negara tersebut turun drastis.
Jika harga minyak dunia terus reli, aset beresiko berbasis rupiah menjadi kurang menarik bagi investor. Sebab, dengan tingginya harga minyak maka akan semakin membebani transaksi berjalan (current account).
Padahal current account adalah fondasi penting yang mencerminkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, yang lebih berjangka panjang ketimbang pasokan valas dari portofolio di sektor keuangan alias hot money.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/dwa)
http://bit.ly/2OYczLb
April 08, 2019 at 04:45PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dibuka Menguat, Kok IHSG Memilih Melipir Ke Zona Merah?"
Post a Comment