Hal tersebut diakui oleh Anindya Novyan Bakrie yang mengatakan pada 2018 merupakan tahu yang penuh tantangan dimana pemasuk dari iklan turun. Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menambah tekanan ke kinerja perseroan.
"Benar-benar tahun yang tidak mudah," tutur Anindya.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan 2018, VIVA mencatatkan rugi bersih hingga Rp 1,01 triliun. Nilai ini adalah kerugian terbesar perusahaan setidaknya dalam 10 tahun terakhir.
Tak hanya penjualan yang tumbuh negatif, tapi pos pembiayaan utama, yaitu beban usaha pun melebar. Belum lagi terdapat pos-pos beban lain yang juga meroket.
Mengacu laporan keuangan, sepanjang tahun lalu, total penjualan perusahaan terkoreksi lumayan dalam dengan turun 13,51% year-on-year (YoY) menjadi Rp 2,4 triliun, rekor terendah sejak 2016.
Pemasukan utama perusahaan yakni pendapatan iklan, terkontraksi 7,89% secara tahunan menjadi Rp 2,39 triliun. Kondisi pendapatan non-iklan lebih parah karena terjun bebas dari Rp 177,81 miliar menjadi hanya Rp 8,03 miliar.
Kondisi keuangan semakin diperparah dengan tingginya proporsi (rasio) beban usaha perusahaan. Rasio beban usaha VIVA naik hingga 97,61% menjadi Rp 2,34 triliun.
Alhasil, imbal hasil (margin) laba usaha yang tersisa hanya 2,39% (setara Rp 57,37 miliar). Padahal di tahun 2017 perusahaan setidaknya masih membukukan margin laba usaha sebesar 25,45%, sungguh kontras.
Beban usaha tahun lalu melesat disokong dari kenaikan biaya amortisasi persediaan program materi, gaji dan upah karyawan, pemasaran, serta penurunan nilai piutang usaha. Jika ditotal, keempat jenis biaya tersebut menyumbang hingga 78% total beban usaha di 2018, naik 8,6% dibanding tahun 2017.
Selain itu, masih terdapat pos beban lainnya yang menekan pemasukan VIVA tahun lalu, termasuk beban bunga pinjaman bank, dan rugi selisih kurs
Beban bunga pinjaman bank terdongkrak tahun lalu karena jumlah pinjaman bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu setahun tercatat sebesar Rp 768,27 miliar dari periode yang sama tahun 2017 senilai Rp 233,71 miliar.
Di lain pihak, akan ada pertanyaan yang mungkin muncul di benak pelaku pasar terutama terkait rencana penambahan modal (rights issue) VIVA tahun ini.
Anindya berharap kinerja perusahaan tahun ini akan membaik dengan peningkatan pendapatan dari iklan Pemilu. Kemeriahan pemilu menurutnya memberi angin segar, dengan menyumbang pendapatan sekitar 30%.
"Tahun ini diharapkan membaik. Tak hanya buat kita, media juga. Tapi TV one (membaik) bukan karena hanya pemilu. 70% pendapatan berasal dari teknologi platform, pengiklan biasa dan servis bisnis," ujarnya. (hps/hps)
http://bit.ly/2ITyORH
April 25, 2019 at 10:17PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bos VIVA: Pendapatan Iklan Turun Jadi Pemicu Rugi Besar 2018"
Post a Comment