Sentimen positif bagi pasar saham Indonesia datang dari rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengumumkan surplus neraca dagang sebesar US$ 540 juta. Nilai ekspor Indonesia tercatat turun sebesar 10,01% YoY, sementara impor terkoreksi sebesar 6,76% YoY.
Hal ini lebih baik dari konsensus pasar oleh para ekonom yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan neraca dagang diramal defisit US$ 217 juta. Ekspor diramal terkontraksi alias minus 10,75% year-on-year (YoY), sementara impor diperkirakan minus 4,15% YoY.
Hal ini membuat semua sektor terpantau menghijau ditopang investor lokal, sementara investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) dengan nilai Rp 166 miliar di pasar reguler. Namun, jika ditambah dengan transaksi di pasar negosiasi dan tunai asing masih mencatatkan surplus Rp 190 miliar.
Secara sektoral, finansial, industri dasar dan properti menyumbang poin penguatan IHSG paling banyak yakni 19 poin. Pelaku pasar masih pede masuk ke sektor keuangan dan properti seiring suku bunga diperkirakan tidak akan naik tahun.
Kedua industri tersebut merupakan industri yang cukup sensitif terhadap perubahan suku bunga karena sangat berpengaruh terhadap perkembangan bisnis mereka.
Analisis Teknikal
Potensi kenaikan IHSG pada sesi II masih ada meski tidak terlalu besar, hal ini terlihat dari pergerakannya yang belum mampu mendekati level penghalang (resistance) terdekatnya yang berada di 6.450.
![]() |
Di lihat dari tingkat kejenuhannya, IHSG masih mempunyai peluang kembali menguat pada sesi II, terlihat dari posisi indeks yang belum memasuki wilayah jenuh belinya (overbought), berdasarkan indikator teknikal stochastic slow.
TIM RISET CNBC INDONESIA (yam/hps)
http://bit.ly/2UAMVT6
April 15, 2019 at 08:08PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Belum Tembus 6.450, Penguatan IHSG Sesi II Terbatas"
Post a Comment