
Itu berarti, tarif listrik bisa naik, tapi juga bisa turun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menjelaskan, tarif listrik di 2020 bergantung pada banyak parameter seperti kurs, harga minyak, dan harga batu bara. Untuk kurs, kecenderungannya sampai saat ini rupiah terus menguat dan di bawah Rp 15.000/US$.
Sementara harga minyak juga masih berada di level US$ 61 per barel, dan setahun ke depan diperkirakan masih di kisaran yang sama.
Untuk harga acuan batu bara, Juni ini sudah di angka US$ 71 per ton di kalori 6.322 nyaris sama dengan harga patokan batu bara kelistrikan di level US$ 70 per ton.
Catatan lainnya adalah untuk harga gas yang ditetapkan 8% dari di mulut sumur gas atau maksimum 14,5% di plant gate pembangkit listrik. Belum lagi adanya efisiensi yang dilakukan PT PLN (Persero) seperti susut jaringan dan operasional keuangan yang akan berdampak pada biaya pokok produksi.
Terdapat juga pembangkit listrik baru yang masuk jaringan belakangan dan memiliki tarif lebih rendah dibanding pembangkit listrik yang sudah beroperasi sebelumnya.
Namun mantan Dirut PT KAI ini optimistis tarif listrik tahun depan setidaknya bisa turun.
"Jadi pandangan saya tarif listrik di tahun depan mudah-mudahan akan tetap sama bahkan sejalan dengan target PLN bahwa tarif listrik dapat menurun, untuk tingkatkan daya saing nasional khususnya tarif listrik untuk pelanggan industri dan bisnis," kata Jonan, dalam pesan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Minggu (7/7/2019).
Adapun, lanjutnya, untuk tahun depan, pembahasan sampai saat ini masih berlangsung antara pemerintah dan DPR.
"Baik di komisi-komisi terkait serta di Banggar [Badan Anggaran DPR], sehingga pemerintah belum menetapkan rencana perubahan tarif listrik di 2020 hingga saat ini," pungkas Jonan.
Pemerintah sesuaikan tarif listrik di 2020.
[Gambas:Video CNBC]
https://ift.tt/2SaLl61
July 08, 2019 at 04:16PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Meski Subsidi Dipangkas, Jonan Yakin Tarif Listrik Bisa Turun"
Post a Comment