Search

Sebelum AS Terapkan Sanksi Baru, Iran Sudah Menderita

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran telah berada dalam posisi ekonomi yang sangat berbahaya bahkan sebelum sanksi baru Amerika Serikat (AS) diterapkan. Demikian disampaikan Cailin Birch, ekonom global di Economist Intelligence Unit (EIU), kepada CNBC dalam acara "Squawk Box" Eropa, Senin (24/6/2019).

Hal itu ia sampaikan setelah pada Minggu kemarin, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi baru yang "besar" terhadap Iran pada hari Senin ini.

Dan benar saja, sang presiden menjatuhkan sanksi baru kepada Iran, Senin. Namun, sanksi kali ini menyasar langsung Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan beberapa pejabat tinggi lainnya, sebuah langkah yang belum pernah diambil sebelumnya.

"Kita dapat dengan aman mengatakan bahwa pendapatan Iran dari minyak telah dipangkas setidaknya dua pertiganya, sehingga mereka berada dalam posisi ekonomi yang sangat berbahaya," kata Birch.

"Mereka agaknya benar telah mencoba sekuat tenaga untuk keluar dari konflik ini, tetapi mereka juga tidak dalam posisi untuk berperang," tambahnya, mengutip CNBC International.


Birch memperkirakan Iran telah mengekspor minyak mentah antara 10 hingga 15 juta barel per minggu pada kuartal pertama tahun ini. Sekarang, menurut EIU "volume nominal" ekspor Iran hanya sekitar 4 hingga 5 juta barel per minggu, tetapi setengah jumlah itu hanya ditransaksikan di pelabuhan domestik, kata Birch.


Sanksi baru Trump pada Iran muncul setelah enam kapal tanker minyak diserang bulan lalu dan pesawat mata-mata tanpa awak (drone) AS dihancurkan oleh pasukan Iran di Selat Hormuz. Selat itu merupakan jalur transit tersibuk di dunia untuk pengiriman minyak melalui laut yang memisahkan Iran dari negara-negara Teluk tetangganya.

Sebelumnya pada hari Sabtu, Trump juga mengatakan melalui Twitter-nya bahwa ia akan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Iran sebagai upaya untuk mencegah negara itu mendapatkan senjata nuklir.

Berita serangan itu telah meningkatkan ketegangan antara Washington dan Teheran. Sebab, AS telah menerapkan saksi terhadap industri minyak Iran dan sektor lainnya.

Trump, pada hari Kamis malam, juga dilaporkan menyetujui serangan militer terhadap Iran sebagai balasan atas serangan terhadap drone-nya. Namun ia membatalkan rencana tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan NBC News, Trump mengatakan dia tidak ingin berperang dengan Iran tetapi, jika itu terjadi, akan ada "penghancuran seperti yang belum pernah Anda lihat sebelumnya."

Sebelum AS Terapkan Sanksi Baru, Iran Sudah MenderitaFoto: Krisis AS-Iran Kerek Harga Minyak (CNBC Indonesia TV)

Trump juga mengatakan dia masih terbuka untuk melakukan negosiasi dengan Iran, tetapi Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dengan tegas menolak pembicaraan dengan pemerintahan Trump.

Ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat sejak Mei tahun lalu ketika Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kembali sanksi menyeluruh terhadap negara tersebut. (prm)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2NbIBWT

June 25, 2019 at 02:13PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sebelum AS Terapkan Sanksi Baru, Iran Sudah Menderita"

Post a Comment

Powered by Blogger.