
Pengembangan ini tak main-main, Garuda malah berencana untuk menggunakan pesawat tanpa awak (unmaned aerial vehicle/UAV) dan menyasar pulau-pulau kecil di timur Indonesia.
Direktur Pengembangan Usaha dan Komersial Garuda Indonesia Mohammad Iqbal mengatakan potensi bisnis logistik di Indonesia masih cukup besar dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 11% per tahun dengan volume pengangkutan 800.000 ton per tahun.
"Jadi sekarang membawa kargo kita pakai pesawat penumpang, maka kami berinisiatif akan mengembangkan angkutan dengan UAV kalau bahasa kerennya drone. Ini sedang dalam pengembangan, September nanti kami sudah mencoba pengembangan UAV," kata Iqbal di Kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Rabu (8/5).
Di tahap pertama, UAV ini akan dioperasikan di wilayah Maluku, untuk menghubungkan wilayah Ambon-Dobo-Langgur-Saumlaki.
"Itu adalah daerah yang kaya ikan yang selama ini potensinya belum dimaksimalkan karena tidak ada angkutannya. Nanti kami akan gunakan UAV ini dan UAV ini kelebihannya hanya menggunakan runway hanya 600 meter tidak perlu yang terlalu besar bahkan bisa mendarat di lapangan bola sehingga bisa dimaksimalkan meningkatkan ekspor perikanan di wilayah timur," jelas dia.
Selain menyasar wilayah bahari, UAV ini juga akan ditargetkan untuk beroperasi di kawasan industri yang selama ini logistiknya masih menggunakan angkutan darat.
Garuda Indonesia juga memiliki rencana pengembangan logistic center dengan menggaet dua BUMN operator bandara, seperti PT Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II sebagai mitra kerja.
"Akan bangun pusat logistik di Cengkareng ini kemudian di Makassar, Denpasar dan tempat lainnya yang akan dikembangkan. Cukup banyak yang bisa dilakukan agar biaya logistik murah," tutup dia.
Tahun lalu, perseroan tercatat membukukan laba bersih senilai US$ 809.846 pada 2018, setara Rp 11,49 miliar (kurs Rp 14.200/US$). Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi yang sama di tahun sebelumnya yang rugi sebesar US$ 216.582.416.
Laba bersih ini dibukukan ketika perusahaan justru mencatatkan perlambatan pendapatan. Total pendapatan tahun lalu hanya naik 4,69% year-on-year (YoY) menjadi US$4,37 miliar dibandingkan pencapaian 2017 senilai US$4,18 miliar.
Padahal, pada 2017 pendapatan Garuda tumbuh 8,11% dibandingkan pendapatan 2016. Pencapaian laba bersih inilah menjadi awal mula kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia periode 2018 yang tengah hangat di pasar modal.
Simak jawaban Garuda Indonesia soal pencatatan piutang Mahata.
(tas)
http://bit.ly/2WzuJGf
May 09, 2019 at 10:03PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tekan Biaya Logistik, Kargo Garuda Siap Pakai Drone"
Post a Comment