Sepakan Anjlok 8,6%, Saham PGN Belum Keluar dari Tekanan

Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak perdagangan dunia atau perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi sentimen utama yang menekan bursa saham dunia termasuk bursa saham domestik.

Sejumlah saham di bursa saham domestik tertekan. Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) salah satu saham yang tertekan dalam dalam sepekan ini saat IHSG tertekan.

Akibatnya, selama sepekan saham PGAS terkena tekanan jual dan anjlok hingga 8,6%. Hal ini membuat kinerja PGAS sejak awal tahun menjadi minus 5,6%.

Pada perdagangan sesi I pukul 11.11 WIB, harga saham PGAS melemah sebesar 1,24% ke level Rp 1.995/unit saham. Volume transaksi mencapai 9,5 juta unit saham senilai Rp 19 miliar.

Meski kinerja sahamnya masih negatif, investor asing masih menaruh harapan pada saham pelat merah tersebut, hingga tahun berjalan asing masih membukukan beli bersih (net buy) senilai Rp 973 miliar.

Jika di lihat dari pergerakannya, saham PGAS masih cenderung tertekan dalam jangka pendek. PGAS bergerak di bawah rata-rata nilai sahamnya dalam lima hari (MA5).

Secara kinerja keuangan, PGAS berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang positif pada periode kuartal I-2019, dengan membukukan pendapatan sebesar US$ 860,5 juta.

Pendapatan terutama diperoleh dari hasil penjualan gas sebesar US$ 661,5 juta dan penjualan minyak dan gas sebesar US$ 92,8 juta.

Adapun laba operasi interim konsolidasian pada kuartal I-2019 sebesar US$ 162, 5 juta dan laba bersih sebesar US$ 65 juta atau setara Rp 920,2 Miliar(dengan rata-rata kurs Rp 14.136 ) dengan EBITDA sebesar US$ 263 juta.

Selama periode Januari-Maret 2019, PGN menyalurkan gas bumi sebesar 2.904 BBTUD dengan rinciannya, sepanjang kuartal I-2019 volume gas niaga sebesar 919 BBTUD dan volume transportasi gas bumi sebesar 1.985 BBTUD.

PGN yang kini berstatus sebagai Sub Holding Gas dengan mengakuisisi PT Pertamina Gas (Pertagas) optimistis akan mampu menjaga kinerja positif pada masa mendatang.

(yam/hps)

Let's block ads! (Why?)