
Rupiah tak melemah sendirian pada pagi hari ini. Mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga bertekuk lutut di hadapan dolar AS.
Pelaku pasar sedang gencar memburu dolar AS selaku safe haven seiring dengan hasil negosiasi dagang AS-China yang mengecewakan. Pada hari Kamis dan Jumat pekan lalu (9-10 Mei), AS menggelar dialog dagang lanjutan dengan China di Washington. Delegasi AS dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.
Kedua negara kemudian mengakhiri negosiasi tanpa menandatangani kesepakatan dagang. Liu He menyebut bahwa ada 3 perbedaan mendasar yang membuat kesepakatan dagang belum bisa diteken.
Seperti dilansir dari Reuters, salah satu perbedaan yang dimaksud adalah terkait dengan pengenaan bea masuk. China berpendapat bahwa jika kedua belah pihak ingin meneken kesepakatan, maka seluruh bea masuk harus dihapuskan.
Perbedaan kedua adalah terkait dengan volume pembelian barang-barang AS oleh China, sementara yang ketiga adalah terkait dengan bahasa yang akan digunakan dalam teks kesepakatan dagang kedua negara.
"Setiap negara memiliki martabatnya sendiri, jadi teksnya harus berimbang," papar Liu He, dilansir dari Reuters.
Bukannya mendingin, perang dagang kedua negara bahkan menjadi memanas. Di tengah-tengah negosiasi yang digelar, AS secara resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%.
Pihak Beijing pun tak tinggal diam. Dalam sebuah rekaman video, Liu He mengatakan kepada beberapa reporter asal China bahwa pihaknya secara tegas menolak kenaikan bea masuk yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan kemarin dan pihaknya tak punya pilihan lain selain membalas, dilansir dari Reuters. (ank/hps)
http://bit.ly/2JBvBGA
May 13, 2019 at 03:44PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perang Dagang Berkecamuk, Rupiah Takluk Lagi Lawan Dolar AS"
Post a Comment