Menanggapi itu, militer Amerika Serikat (AS) mengatakan bersiap menghadapi "kemungkinan ancaman yang akan segera terjadi terhadap pasukan AS di Irak" dari pasukan yang didukung Iran.
Serangan itu terjadi ketika hubungan AS dan Iran memanas setelah Washington bulan ini mengancam akan memangkas habis ekspor minyak Iran menjadi nol dan meningkatkan kehadiran militernya di Teluk Arab untuk menghadapi ancaman Iran.
Serangan hari Selasa di kilang minyak yang berjarak lebih dari 320 km dari barat Riyadh dan pada hari Minggu di empat tanker Arab di laut emirat Fujairah telah meningkatkan kekhawatiran bahwa AS dan Iran mungkin akan terlibat konflik militer.
Namun, Presiden AS Donald Trump membantah laporan New York Times bahwa para pejabat AS sedang mendiskusikan rencana militer untuk mengirim 120.000 pasukan ke Timur Tengah untuk menghadapi serangan atau akselerasi senjata nuklir oleh Iran.
"Ini berita palsu, oke? Sekarang, akankah saya melakukan itu? Benar. Tetapi kami belum merencanakan untuk itu. Semoga kita tidak harus merencanakan hal itu. Dan jika kami melakukannya, kami akan mengirim pasukan yang jauh lebih banyak dari itu," kata Trump kepada wartawan, melansir Reuters.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan tidak akan ada perang dengan Amerika Serikat meskipun ada ketegangan yang meningkat atas kemampuan nuklir Iran, program misilnya, dan dukungannya untuk proksi di Yaman, Irak, Suriah, dan Libanon.
"Tidak akan ada perang apapun. Bangsa Iran telah memilih jalur perlawanan," katanya dalam komentar yang disiarkan oleh TV pemerintah Iran. Dia mengulangi bahwa Teheran tidak akan bernegosiasi dengan Washington mengenai kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara besar.
![]() |
Militer AS membahas kemungkinan ancaman yang akan segera terjadi terhadap pasukannya di Irak dan mengatakan mereka sekarang dalam keadaan siaga tinggi. AS menanggapi komentar dari wakil komandan Inggris dari koalisi yang dipimpin AS yang mengatakan tidak ada peningkatan ancaman dari milisi yang didukung Iran.
Trump menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir Iran setahun yang lalu dan telah meningkatkan sanksi ekonomi terhadap negara Islam itu.
Di bawah kesepakatan yang dinegosiasikan oleh pendahulu Trump, Barack Obama, Iran setuju untuk mengekang kapasitas pengayaan uraniumnya sebagai imbalan atas bantuan sanksi. Pengayaan uranium memungkinkan Iran membuat bom nuklir.
Saksikan video mengenai serangan bom drone tersebut.
(prm)
http://bit.ly/2Ebp5mv
May 15, 2019 at 07:34PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kilang Minyak Arab Diserang, Trump Akan Kerahkan Militer?"
Post a Comment